Senin, 17 September 2012

Sepenggal Kata

Kaleng kehidupan
Seterik cahaya mentari yang terbias wajah penuh peluh di padang berkah
Mengais setandan kasih yang tertumpah pada kaleng kosong berdenting parau
Bersimbah rasa baja balut rapuhnya penyangga
Keringat selalu mengering sebelum jatuh menetes
Memelas dan melagukan nada sumbang
Ditengah megahnya gedung menjulang penyanggga kemajuan
Tampak berserakan ironi memilukan
Memenjarakan kesenangan pada batas kemalangan
Demi mengisi sekaleng hidup..

Malam ini, diatas pembaringan ini..
Gemericik air menempa atap dan memberi irama pada sunyinya malam
Terbersit kata dalam hati bahwa duniaku tetaplah sepi
Ku pandang hamparan bintang yang menerangi jalan
Ku biarkan tetes demi tetes air langit basahi raga ini
Ku berjalan lurus pastikan mata memandang
Tanganku terbuka lebar seolah menginginkan meraup malam dalam dekapan
Kalau saja mampu ku lakukan
Malam begitu panjang, langitnya terlalu luas
Hingga tak hanya aku yang menginginkan
Diatas pembaringan ini kini ku letakkan sebongkah asaku
Membiarkan sejenak tertidur dan menghabiskan lelahnya
Dan diatas pembaringan ini pula ku masih mendengar nyanyian hujan

Menjelang Tengah Malam
Hampir malam ku lihat detak jam di dinding
Kosong lamunku terasa sunyi
Terinspirasi cintamu dan lagu yang selalu kita dengarkan
Ku tunduk tanpa daya terpasung waktu
Kembali seolah meledak amarah di hatimu
Keadaankah penyebabnya?
Ku tak tau
Kau ucap segala sumpah serapahmu
Memaki cinta yang tak dimiliki
Dan cinta itu berurai air mata
Melihat cinta mu menangis,
Kau seka bulir-bulir di pipinya
Kau katakan,kau tak kuasa melepasku
Jua tak kuasa lepaskan pa yang ada di pundakmu
Ku coba pahami dan mengalah
Dan ku coba terus ada
Ada untukmu
Dan kau tetap memaki..
Kini hampir tengah malam
Kembali kau hadir di hadapanku

Dan aku merasa sunyi

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Katakan katamu (~‾ ▽‾)~