Ini kisah tentang kembaranku. Sebut saja ia manusia dan panggil aku Evil. Kami dilahirkan bersama tanpa jeda. Aku tak tahu bagaimana aku bisa memiliki kembaran seorang manusia. Parasnya sama sepertiku, mirip tanpa satu perbedaan. Sering aku berpikir bagaimana bisa seorang manusia hidup di duniaku. Kami tumbuh bersama. Kini aku tak akan bertele-tele pada kalian. Manusia sering keluar malam menemui kekasihnya bernama Angelo atau mungkin kini ku sebut malaikat bertanduk. Mengendap-endap manusia memakai jubah putihnya menuju ujung terowongan.
Dan disana telah mematung sosok dengan sepasang sayap terjuntai. Aku menguntit mereka dari balik kegelapan. Hampir satu setengah abad mereka melakukan hal itu. Berawal dari ketidaksengajaan midnight party yang diadakan seabad sekali di dunia para makhluk. Manusia memotong sebuah bulu untuk menulis yang ternyata bulu itu berasal dari sayap kiri Angelo. Angelo marah dan aku memanasinya agar memarahi manusia bahkan mengasari namun bukannya manusia dikasari malah mereka berkenalan. Tentu saja aku tak senang. Kedekatan mereka membuatku semakin gencar untuk memisahkan mereka. Selalu ada saja alasan Angelo untuk menyambangi manusia di dunia kami. Untuk memeriksa pagar pembatas dunia kami, mendata satu persatu bangsa kami atau sekedar mengecheck keberadaan kami, selalu alasan itu yang menjadi akses mereka untuk bertemu. Pernah aku berdebat mengenai keberadaan manusia di dunia kami.
“Tak seharusnya ia di sini, Ayah. Mungkin ia bukan kembaranku.” Kataku sambil membuka kerudung jubah merahku.
“Ia saudaramu, Evil. Tak perlu kau banyak bicara.” Jawab Ayah yang duduk di dekat perapian ‘keabadian’. Perapian yang hanya di miliki oleh iblis tertentu yang mempunyai keturunan dari King Vilang. Aku tak tau siapa King Vilang ini. Konon dia lah leluhur kami, leluhur tertinggi. Ayahku pun bungkam mengenai sosok itu. Tak puas aku protes kepada ayah, aku protes pula pada ibu mengenai manusia dan King Vilang.
“Ibu, kenapa manusia ada di sini?? Bukankah ini bukan tempatnya.” Aku membersihkan debu yang menempel di cermin. Cermin tempat ibu hidup selama ini, cermin dengan ornamen batu mulia.
“Ia saudaramu, Evil. Tak perlu kau tanyakan lagi.” Ibu menatapku ragu.
“Selalu jawaban itu yang ku terima. Lalu bagaimana mengenai leluhur kita itu? King Vilang.,..” aku membelai hiasan cermin yang mengurung ibuku. Ibu melanggar hukum bangsa kami. Entah pelanggaran yang mana akupun tak tau. Sejak aku dan manusia dilahirkan, kami tak bisa menyentuh ibu. Ibu terkurung disana setelah melahirkan kami dan ayah tak pernah menjelaskan pada kami perihal itu.
“Siapa King Vilang itu, ibu?? Tolong, jawab aku.” Ucapku setengah memaksa. Ibu masih tak menjawab dan menghilang.
Ku sambung lagi tentang manusia dan kekasihnya. Ayah tak tahu mengenai kedekatan mereka dulu, yang ayah tahu Angelo memantau manusia karena ia berbeda dengan kami. Disela-sela waktu Angelo, aku menemuinya. Jubah merah ku kenakan dan menggerai rambut panjangku. Angelo duduk di tepi kolam yang biasa tempat para iblis merenung di senja hari.
“Angelo, kenapa manusia tak ditempatkan di bangsanya??” aku bersandar pada pohon kerontang yang menaungi kolam. Angelo menoleh.
“Dia dilahirkan disini. Di dunianya sudah tak ada tempat lagi. Hitam putih warna warni kehidupan hanya abu-abu.” Ia beranjak pergi dan segera berlalu. Aku berteriak memanggil namanya namun ia tak berbalik. Aku mengingat lagi apa yang ia katakan. Hitam putih warna warni hanya abu-abu.
“Apa maksudmu??” aku bertanya pada bayangan Angelo yang masih tertinggal disini. Aku berlari pulang untuk menemui ayah. Tempat pertama yang aku tuju adalah perapian ‘keabadian’ dan benar saja ayah duduk membaca mantra untuk perapian.
“Yah… aku mau tanya.” Ujarku lirih. Ayah menoleh dan duduk di kursi goyang.
“Iya, Evil… tanya apa??”
“Hitam putih warna warni hanya abu-abu itu maksudnya apa ?”
“Dari mana kau dapatkan kalimat itu ?” Ayah melotot tak suka.
“Bukan dari mana-mana. Jawab saja, yah…”
“Semua yang ada dalam kehidupan adalah semu…” ayah beranjak pergi meninggalkanku sendiri. Aku semakin tak mengerti.
Hampir seabad mereka menjalin kasih. Manusia mencintai Angelo begitu pula sebaliknya. Harusnya mereka terhukum karena melanggar aturan alam. Aku membiarkannya. Dari balik jubah yang bisa menghilang ini aku melihat mereka bermesraan di Park of The Death.
“Angelo, betapa aku mencintaimu. Mencintai untuk pertama kalinya.” Manusia menggenggam erat tangan Angelo, kedua sayap Angelo membentang menaungi tubuh mereka berdua.
“Iya, manusia. Aku juga mencintaimu. Gadis yang aku cintai. Maukah kamu menemaniku saat ini dan kelak??” Angelo mengecup lembut kening manusia.
“Kamu tak takut dengan hukum alam??”
“Aku menyayangimu… aku tak peduli.” Mereka berdua saling pandang. Memeluk erat satu sama lain seolah tak ingin lepas dan kehilangan.
Keadaan seperti itu berlangsung hampir sepuluh kali windu sampai akhirnya undangan dari Angelo datang menyambangi kediamanku. Undangan Midnight Party yang menurut jadwal akan diadakan di kolam perenungan tepat tengah malam. Aku maupun ayah tak memberitahu manusia. Ayah pikir manusia sudah tahu sedangkan aku yang sejak awal mengetahui kalau manusia tak tahu menahu tentang kontrak hidup Angelo sengaja tak memberitahunya. Pesta berlangsung biasa saja. Manusia tertidur seperti biasa tengah malam seperti ini. Malam terus berganti dan klimaks itupun mematahkan hati manusia.
“Jangan ganggu Angelo. Dia milikku. Kami sudah ada kontrak hidup.” Ujar seorang Angely yang menghadap manusia. Manusia tercekat dan segera berlari memanggil Angelo setelah Angely terbang pulang. Angelo segera datang dengan wajah lesunya.
“Maafkan aku, sayang. Aku mencintaimu…” Angelo mendekap manusia yang sendu. Basah pipinya di banjiri bulir air mata. Mencoba lepaskan pelukan dari hati yang telah mengkhianatinya tapi pelukan itu terlalu erat untuk dilepaskan.
“Pergii!!! Kau mengkhianatiku. Kau begitu jahat.” Angelo tak sanggup melihat gadisnya menangis.
“Sayang, aku mencintaimu. Raja telah mengontrakku dengan putrinya sejak putrinya lahir … aku tak bisa menolaknya. Tolong jangan tinggalkan aku.. aku mencintaimu. Selalu temani aku, sayang. Aku tak mencintainya. Sungguh… hati ini untukmu..” air mata masih mengalir deras di pipinya. Ia balas mendekap tubuh kekasihnya. Aku tertawa dari dibalik pohon.
Luluh juga hati manusia, perasaannya mengalahkan sakit hati yang ditorehkan Angelo. Mereka menjalani kisah kasih yang terlarang berlipat ganda. Rasa cinta mereka semakin menguat seolah tak ingin terpisahkan. Mengendap-endap manusia berjalan ke ujung terowongan untuk melepas rasa rindu. Kekasihnya menyambut dengan seulas senyum manis dan pelukan terhangat. Selalu aku menguntit dan menguping pembicaraan mereka yang memuakkan bagiku.
“Sampai kapan kita akan terus begini. Aku lelah bersembunyi terus menerus.” Pelan suara manusia berbisik di telinga Angelo. Bibir Angelo mengecup lembut pipi gadisnya.
“Kau tahu apa yang ku yakini atas semua ini??” tangan Angelo membelai wajah manusia. Manusia menatap lebih dalam mata kekasihnya.
“Yang berkuasa atas segalanya punya rencana untuk kita, kenapa kita dipertemukan, memiliki rasa dan menjalin hubungan terlarang seperti ini. Aku yakin suatu saat nanti kita akan bersama.” Pelukan Angelo sedikit kasar penuh emosi. Aku mengintai di tempat yang tersembunyi.
Manusia raib tanpa kabar. Ayah tak mencoba mencari ataupun cemas karenanya begitu pula aku. Entah kemana perginya ia aku tak peduli, yang jelas kini aku bahagia. Kalian ingin tahu nasib Angelo ? Itu sudah menjadi urusanku. Bagaimana kalian pikir aku bisa berkata demikian ? Hahaha…. Ingat perkataanku sejak awal bahwa aku dan manusia adalah kembar ? Akulah kini yang menjadi kekasihnya.
“Manusia.. aku ingin bersamamu. Jangan tinggalkan aku.” Katanya saat ia tidur di pangkuanku, gaun putihku menjadi kusut. Uppss.. bukan gaunku tapi gaun manusia. Hahahaha….
“Aku mau hidup denganmu tapi..” Kalimatku menggantung.
“Sungguh ? Tapi kenapa??”
“Lepaskan dia dan hidup denganku…”
“Aku tidak bisa.. aku sudah ada kontrak.” Kalimatnya membuatku bertambah antusias memojokkannya.
“kamu tega dengan kekasihmu sendiri. Kau tahu ? Bagaimana Angely kasar terhadapku?? Menghujatku??? Hatiku sakittt sekali. Angelo…” aku menitikkan air mata. Air mata kepalsuan tentunya.
“Benarkah ? Maafkan aku sayang… aku janji tak kan ada satupun yang berani melukaimu…” Angelo membelai rambut panjangku.
Aku berjalan menuju kolam. Kepakkan sayap menghampiri lagi. Mungkin Angelo datang untuk menemuiku seperti biasa. Aku tak menoleh sedikitpun sampai ada hentakan keras yang terasa di bahuku.
“Kau yang membuat Angelo berani murka terhadapku. Kau gadis yang membuat Angelo menjauh dariku.” Angely mendorongku sampai terjajar mundur. Aku berdiri dan balas mendorongnya hingga badannya menghantam pohon di tepi kolam. Kedua sayapnya melebar panjang dan ia terbang.
“Akan ku adukan hal ini kepadanya agar ia tahu kekasih seperti apa yang dicintainya.” Ancam Angely. Aku hanya tersenyum sinis membayangkan betapa malunya ia kalah dalam permainanku.
Angelo nampak serius menatapku. Seperti diburu sesuatu yang harus segera ia dapatkan. Aku merengkuhnya dalam dekapanku. Mencium keningnya dan mengusap kedua sayap putih miliknya.
“Mau apa Angely datang menemuimu??” ketusnya.
“Kenapa kau bertanya padaku?? Harusnya kau bertanya pada gadis malaikatmu itu, bukannya aku.” Balasku tak kalah ketus.
“Apa benar kau melukainya???”
“Dia yang melukaiku…” aku menelungkupkan kepalaku dan terisak padahal senyum tersungging di bibirku.
“Tapi ia mengatakan kalau kau yang melukainya…” Angelo curiga.
“Kau tak percaya padaku??? Aku tahu bagaimana sakitnya hatiku setelah aku bersamanya ? Ditambah lagi kau menuduhku seperti ini ? Angelo…” Tanganku memukul dada bidangnya bertubi-tubi.
“Jahat!!! Betapa mudahnya kamu mengikiskan kepercayaanmu padaku. Tak cukupkah aku yang tersakiti karena keputusanmu?? Katamu aku cintamu, kekasihmu??? Kau memintaku untuk hidup bersamamu tapi kamu tak mau berkorban untukku. Kemana perginya kamu yang dulu ?” Sambungku.
“Sudahah sayang… Aku percaya padamu. Aku tahu kau tak kan sekasar itu. Aku mencintaimu sayang…”
“BOHONG!!!” teriakku
“Apa yang harus ku katakan lagi ? Apa yang harus ku lakukan agar kau tak meninggalkanku ?” Ujarnya setengah memohon.
“Hiduplah bersamaku, sayang… dan membangun cerita kita…”
“Aku tak bisa. Aku tahu itu. Aku mohon jangan kau pinta aku lakukan hal itu untuk sekarang ini.”
“Mungkin kamu tak lagi mencintaiku.. Aku benci kamu!!” Aku pura-pura beranjak dan pergi darinya. Ia panik dan berteriak memanggilku tapi aku tak menghiraukannya, terus berjalan menjauhinya.
“Manusia, aku mencintaimu!! Aku mau hidup denganmu!!! Aku putus ikatan kontrak dengan Angely!!!” Teriaknya. Aku berbalik. Petir menyambar sebongkah pohon tempat kami bermesraan. Langit duniaku gelap disertai suara gemuruh dan sebuah cahaya kebiruan turun melingkupi Angelo. Ia berteriak seperti kesakitan tapi aku tak dapat melihat apa yang terjadi dengannya. Tiba-tiba siluet putih melewatiku dan gelap…
“Sayang ? Kau tak apa-apa ?” suara lembut yang ku kenal membangunkanku.
“Ada apa ?” ucapanku segera terhenti melihat Angelo. Aku melepaskan tangannya dan berusaha berdiri meski lemas terasa. Sayap kanannya putih tapi yang kiri hitam. Satu tanduk menyembul dari kepalanya.
“Kutukan hukum alam berlaku. Aku mengucapkan pantangan fatal. Inilah aku yang baru.” Papar Angelo. Aku mengerti. Ada seuatu yang aku lewatkan namun aku dapat merasakan keanehan yang dilakukan Evil. Burung hantu rumahku terbang menghampiriku. Menjatuhkan sehelai kertas.
Kelak keturunanku mewarisi hukum karma yang aku dapatkan. Keturunanku kedelapan akan memiliki dua gen berbeda dalam satu raga. Peliharalah dan jangan sekali-kali memungkiri takdir yang seharusnya terjadi. Evil, manusia dan malaikat kan berkubang pada satu mata rantai yang merupakan karma warisanku.
King Vilang, gaun putihku melambai tersapu angin. Ku lihat sosok kekasihku jauh berbeda sebelum aku meninggalkannya.
“Sayang, ada apa denganmu ?” tanyaku melihat Angelo.
“Tadi aku sudah katakan padamu jika kamu terkena kutukan karena pantangan fatal yang aku teriakkan padamu, aku panik saat kau menangis dan akan meninggalkanku.” Aku mendekapnya. Mengusap kepalanya yang bertanduk.
“Benarkah ? Bukankah aku telah lama menghilang ??”
“Kita memang jarang bertemu setelah pertemuan kita di Park of The Death ketika kamu memanggilku.”
“Apa ? Bukankah itu satu abad yang lalu ?” Aku terperangah.
“Iya. Dan kita telah menjalani kasih tersembunyi ini dari Angely satu abad lebih. Kini aku memutuskan kontrak itu untukmu.”
“Benarkah….” Aku terdiam dalam dekapannya.
Ohh… Evilku menghancurkan kekasihku. Sebagai Evil aku berhasil membuat hidup mereka berdua hancur. Meski sebenarnya aku tak melakukan apapun. Seharusnya aku tak terpukul dan menghilangkan manusia dari diriku. Evil telah mengubah semua dan menggantikanku. Batinku. Bulir-bulir air mataku menetes. Menyesali Evil yang datang tanpa permisi.
Aku duduk di atas sebatang kayu di tepi kolam. Gelap malam tak membuatku takut. Mengurai satu persatu langkah yang telah Evil lewati selama ini. Kembaran jiwaku. Kami lahir dan hidup bersama. Suara kepakkan sayap pelan mengalun menghampiriku. Turun mendekat dan memelukku dari belakang.
“Adakah yang kamu pikirkan sayang?” tanyanya membuyarkan lamunanku. Aku tersenyum ke arahnya.
“Ayah Ibu bungkam ketika aku menjadi Evil. Akulah dia dan dialah yang membuatmu seperti ini mewarisi leluhurku. Sungguh harusnya kau tak seperti ini. Aku mencintaimu... “ Aku berbalik menatapnya.
“Apa yang kamu katakan ? Selalu ingin ku tanyakan keanehanmu selama ini. Kamu selalu berbeda tiap kali kita bertemu..” Ku gubris perkataannya hanya dengan sepotong senyum di sudut bibirku, senyum yang berkata bahwa manusia dan Evilku mencintainya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Katakan katamu (~‾ ▽‾)~