Sabtu, 14 Mei 2016

Sepetik Kata Hati

Memiliki Senja

Senja telah menyingsing tuk segera merapat pada petang
Aku tak ingin menyudahinya
Ingin rasanya kutarik senja kembali
Mengulang dari awal lagi
Dan terus begitu

Senja telah mulai bosan memamerkan diri
Aku tak rela membiarkannya
Inginku menghiburnya tetap bertahan
Menikmatinya dari ujung ke ujung
Dan seterusnya


Senja mungkin sudah benar-benar lelah
Aku berharap bisa merengkuhnya
Memajangnya 24 jam setiap hariku
Memujanya lebih hebat lagi
Terus terang kuingin memilikinya


Deru Dalam Bimbang

Aku menatapmu jemu
Hendak marah
Tapi tak mampu
Hendak benci
Tapi tak sanggup

Aku menatapmu pilu
Hendak pergi
Tapi enggan
Hendak berlalu
Tapi urung
Akhirnya aku menatapmu pedih
Sepedih hatimu yang meraung sedih
Akhirnya aku menatapmu kasih
Sekasih cintamu yang merengek manja
Semanja tatapanmu yang menyerupai mantra

Kataku, Jawabmu

Bisakah tali ini kuurai hingga menjadi seutas?
Bukan sebuah simpul mati seperti ini
Bisakah lukisan ini kurombak hingga menjadi lukisan realis?
Bukan sebuah lukisan abstrak seperti ini
Kataku padamu.

Bisakah rindu ini kupadamkan dari bara yang mustahil meredam?
Bisakah hatiku membenci sebongkah perasaan dalam dirimu yang akupun memilikinya?
Bisakah aku mengoyak kecintaan yang aku sendiri telah memujanya?
Bisakah kamu membunuh seseorang yang telah melengkapi puzzle dalam dirimu?
Jawabmu padaku.

Membantahmu seperti melawan diriku sendiri.
Seperti mengejar  pelangi di musim kemarau.
Seperti menunggu mekarnya bunga ditengah musim gugur.
Seperti menunggu petang tanpa melewati senja.
Tak ada habisnya, tak ada ujungnya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Katakan katamu (~‾ ▽‾)~