Senja Tanpa Mega
Hujan begitu bersemangatnya mengguyur senja kali ini
Senja yang singkat ku miliki
Senja menjelang petang, kegelapanku..
Lentera yang pernah berpijar terang kini padam
Seolah menjadi buta ku merayap
Meraba tertatih telusuri terowongan tak berujung
Kemana kaki kan sampai
Hingga kini masih berjalan
Kedua sayapku patah sudah
Menjadi abu terbakar nestapa, sepi terowongan ini..
Ku lagukan melodi sendu yang diharmonisasikan dengan vocal hatiku
Menjadi cipta karya kalbuku
Mudahnya aku mengungkapkan keraguan dan sendu ini
Terlalu sering hingga buatku lupa akan sebuah keindahan
Luka ini bagai mata rantai yang saling terkait
Lara ini menumpuk
Egoku makin membabi buta
Menelan pelangi selepas hujan
Ku katakan pada langit senja tanpa mega
Bahwa aku merindukan kedamaian senja
Meski pelik namun masih dapat ku tersenyum tulus
Yang seseorang katakan teramat indah untuk dipuja
Dapatkah ku miliki senyum demikian ?
Entah, aku mencoba..
Terpejam
Mungkin masih belum mampu aku terpejam
Hingga bila nanti terjadi akan mempermudah perasaan mu merasuk kalbuku
Memang ku inginkan mataku terpejam dan hatiku yang berbicara
Kemudian menangkap cintamu dan terpejam kembali
Menjadi buta akan cinta lain yang mencoba singgah
Memang aku tak menghadirkan isi dunia di hadapmu
Melukis pelangi di pandangan mu
Menaungi teriknya hidupmu
Yang sanggup ku suguhkan hanya hembusan nafasku
Menandakan aku hidup dalam hidupmu
Menunjukkan kehadiranku
Memang tak ku jajakan manis cinta selalu
Seringnya pahit yang harus di kecap
Namun itulah cintaku
Ketika menguji dan mengumpulkan ketulusan demi ketulusan
Menjadi Indah Sekarang Atau 50 Tahun Lagi
Dan saatnya nanti
Indah dalam ingatan tua kita kelak
Bahwa kamu pernah temukanku dalam ketimpangan
Lalu mengangkatku dalam keindahan
Kamu hapuskan compang camping hatiku
Mencintai cacatku dan tak memandang keluar jendela
Kamu agungkan rumah naungan kita
Terjalin tanpa sengaja
Tanpa harus aku mengikatmu pun
Kamu tak berlari pergi, yang kamu lakukan hanya duduk memandangi selembar kertas
Dimana terlukis kemesraan kita
Keriputnya kertas tak membuat kemesraan kita menua dan terlupa
Semakin hari makin ingat saja kenangan yang tercipta lalu
Ditemani semilir senja, aku menemani mu duduk di kursi goyang
Menatap masa depan yang sama, yaitu kematian
Perpisahan paling indah, menurutku
Terbalut keabadian hidup
Anganku bermain imaji
Kemarin, sekarang dan kelak
Tiga kurun waktu yang terpisah
Mengenang memori kemarin
Melakukan terbaik hari ini
Dan merencanakan esok
Hingga menjadi indah pada waktunya
Hujan begitu bersemangatnya mengguyur senja kali ini
Senja yang singkat ku miliki
Senja menjelang petang, kegelapanku..
Lentera yang pernah berpijar terang kini padam
Seolah menjadi buta ku merayap
Meraba tertatih telusuri terowongan tak berujung
Kemana kaki kan sampai
Hingga kini masih berjalan
Kedua sayapku patah sudah
Menjadi abu terbakar nestapa, sepi terowongan ini..
Ku lagukan melodi sendu yang diharmonisasikan dengan vocal hatiku
Menjadi cipta karya kalbuku
Mudahnya aku mengungkapkan keraguan dan sendu ini
Terlalu sering hingga buatku lupa akan sebuah keindahan
Luka ini bagai mata rantai yang saling terkait
Lara ini menumpuk
Egoku makin membabi buta
Menelan pelangi selepas hujan
Ku katakan pada langit senja tanpa mega
Bahwa aku merindukan kedamaian senja
Meski pelik namun masih dapat ku tersenyum tulus
Yang seseorang katakan teramat indah untuk dipuja
Dapatkah ku miliki senyum demikian ?
Entah, aku mencoba..
Terpejam
Mungkin masih belum mampu aku terpejam
Hingga bila nanti terjadi akan mempermudah perasaan mu merasuk kalbuku
Memang ku inginkan mataku terpejam dan hatiku yang berbicara
Kemudian menangkap cintamu dan terpejam kembali
Menjadi buta akan cinta lain yang mencoba singgah
Memang aku tak menghadirkan isi dunia di hadapmu
Melukis pelangi di pandangan mu
Menaungi teriknya hidupmu
Yang sanggup ku suguhkan hanya hembusan nafasku
Menandakan aku hidup dalam hidupmu
Menunjukkan kehadiranku
Memang tak ku jajakan manis cinta selalu
Seringnya pahit yang harus di kecap
Namun itulah cintaku
Ketika menguji dan mengumpulkan ketulusan demi ketulusan
Menjadi Indah Sekarang Atau 50 Tahun Lagi
Dan saatnya nanti
Indah dalam ingatan tua kita kelak
Bahwa kamu pernah temukanku dalam ketimpangan
Lalu mengangkatku dalam keindahan
Kamu hapuskan compang camping hatiku
Mencintai cacatku dan tak memandang keluar jendela
Kamu agungkan rumah naungan kita
Terjalin tanpa sengaja
Tanpa harus aku mengikatmu pun
Kamu tak berlari pergi, yang kamu lakukan hanya duduk memandangi selembar kertas
Dimana terlukis kemesraan kita
Keriputnya kertas tak membuat kemesraan kita menua dan terlupa
Semakin hari makin ingat saja kenangan yang tercipta lalu
Ditemani semilir senja, aku menemani mu duduk di kursi goyang
Menatap masa depan yang sama, yaitu kematian
Perpisahan paling indah, menurutku
Terbalut keabadian hidup
Anganku bermain imaji
Kemarin, sekarang dan kelak
Tiga kurun waktu yang terpisah
Mengenang memori kemarin
Melakukan terbaik hari ini
Dan merencanakan esok
Hingga menjadi indah pada waktunya
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Katakan katamu (~‾ ▽‾)~