Minggu, 09 Februari 2014

Fatamorgana Labirin di Gurun

Kalau kamu ingin tahu tempat seperti apa yang aku tinggali beberapa waktu lalu, aku akan menjawabnya "labirin".. Kalau kamu ingin tahu jalan seperti apa yang kulewati, aku akan menjawabnya "gurun".. Kalau kamu ingin tahu hal apa saja yang kutemui, aku menjawab "fatamorgana"..
Dan itu semua masih dalam masa "beberapa waktu lalu"..
Iya, aku berjalan ditengah gurun yang kamupun tahu bahwa gurun itu luas dan berbukit. Tidak ada jalan belok ke kanan, belok ke kiri apalagi persimpangan. Aku berjalan dan terus berjalan, berbelok kemanapun kakiku mau.. Dan kau tahu, ini lebih membingungkan dibanding ketika menemui persimpangan. Debu yang terbawa oleh angin telah ratusan bahkan jutaan kali mengganggu pandanganku dan aku menemukan sebuah bangunan luas terbuat dari pasir, sepertinya ada juga sedikit air beserta hehijauan. Dengan sisa semangatku, kakiku berlari menyongsongnya dengan membawa harapan besar untuk dapat segera menemukan tempat.

Ah, semakin dekat jaraknya.. Semakin melemah gerakan kakiku.. Dan benar-benar habis tenagaku mana kala mendapati kenyataan itu hanya sebuah labirin pasir. Kutepiskan segala penatku, aku ingin segera berteduh. Benar saja, labirin ini begitu sejuk. Aku dapat tertidur cukup lama meski tidak pulas dikarenakan perut yang kelaparan. Terbangun dari lelapku, aku berjalan lagi menyusuri lorong yang penuh dengan belokan. Sepertinya setiap bagian labirin memunyai pos, dimana pos itu menyediakan segala macam barang. Pos pertama, aku mendapati air dan buah yang mengenyangkanku. Melanjutkan pos kedua, aku mendapati tempat tidur yang nyaman yang wangi. Aku semakin ketagihan untuk melanjutkan tour di labirin ini, sama seperti saat di gurun aku melangkah sesukaku. Di pos ketiga aku mendapati alunan musik klasik yang merdu mendayu seolah menghipnotisku hingga aku seperti sedang ditimang-timang. Aku makin penasaran dengan adanya labirin ini, kakiku semakin bersemangat untuk bergerak. Entah berapa pos pula yang ada di labirin ini, rasanya aku ingin mengunjungi semuanya. Nafasku terengah sesampainya di pos kelima, telah tersedia setangkai mawar hitam yang segar dan secarik kertas. Tanganku meraih kertas tersebut, mataku terperangah membaca kalimat demi kalimat cinta setingkat Kahlil Gibran.. Aku tak begitu mengerti kalimat yang tertoreh di kertas itu tapi aku merasa bahwa kertas tersebut sedang menceritakan diriku. Beralih tanganku mengambil setangkai bunga itu dan oohhh... durinya melukai jariku hingga beberapa tetes darah mengalir dan jatuh ke dasar. Lunglai, kakiku melemas tapi kupaksakan untuk berjalan lagi.. Mungkin saja pos di depan ada sesuatu yang lebih menyenangkan. Lama aku berjalan yang meski perjalanan ini masih sama seperti sebelumnya tapi aku merasa ini sangat menyiksa batinku. Ah iya, setelah kuhitung ternyata aku sudah berada di pos keenam. Aku tersenyum dengan harapan cukup besar.. Membayangkan pos keenam bisa membawaku ke tempat yang jauh lebih indah, seperti surga mungkin. Ya, surga yang kuimpikan. Harapan tinggallah angan kosong, pos keenam sama nasibnya dengan angan.. KOSONG !!! Tidak ada apapun yang kutemukan. Tidak sedikitpun. Aku terheran-heran.

Atas keterkejutanku di pos enam, aku berjalan bahkan berlari berharap menemukan pos lainnya tapi nihil !!! Aku hanya menemukan beberapa pos kosong dan pos yang membuatku miris melihatnya, menyiksa batinku.. Dari serentetan pos-pos tersebut, lagu klasik yang terakhir kali kudengar tiba-tiba mengalun dengan kerasnya dan makin lama makin mendayu hingga tak terasa air mataku meleleh menjelajahi pipi mulusku. Aku melanjutkan tour di labirin ini dengan hati terkoyak dan penuh kesakitan, memaksakan diri berjalan tanpa rehat sedetikpun. Kaki ini tak memakai alas, makin terasa pedasnya kulit telapak kaki ini..Sebuah cahaya terasa menyakitkan bagi kedua mataku, setengah terpejam aku memastikan cahaya apa itu sambil terus berjalan. Sebuah pintu keluar !!! Aku menemukan pintu keluar dari labirin ini !!! Aku tersenyum segera keluar dari labirin yang aneh. Selangkah setelah pintu keluar, yang kulihat adalah oasis. OASIS !!!

Terkulai lemas aku jatuh terduduk dibawah pohon kurma, kepalaku menghadap keats menatap buah kurma yang sepertinya telah masak. Angin berhembus kencang hingga sesuatu telah menutupi pandanganku. Tanganku menarik sebuah benda yang mengangguku, kertas. Kertas yang sama seperti di labirin itu. Tanganku gemetar dan tubuhku seketika menggigil. Kuberanikan diri melihatnya lebih seksama. Gambaran labirin, ini peta labirin tapi tidak mencantumkan pos-pos itu.. Tidak ada sama sekali. Dibaliknya tertulis, "Mengejar kepuasan tak akan ada habisnya dan tak akan ada kata cukup untuk itu. Takdir adalah permainan penuh kejutan, seperti halnya labirin ini.."

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Katakan katamu (~‾ ▽‾)~