Jumat, 02 Oktober 2015

Patner yang Pas

Andai kita ini bukan mantan pasangan kekasih, tentu kamu adalah patner ngobrol yang menyenangkan, sahabat yang mengagumkan. Tempatku berdebat dan rekan tim yang pas untuk menantang dunia dengan cara kita. Setidaknya mungkin hingga detik ini, ketika aku tengah mencumbui tuts keyboard  selayaknya piano, hanya saja aku tak memainkan nada melainkan kata. Sayangnya, itu hanya sebatas pengandaianku. Kenyataannya, kita pernah menjadi sepasang kekasih.
Kita pernah merajut benang-benang merah jambu. Kita pernah bersama bercengkerama tentang kita seolah dunia ini dalam kekuasaan kita. Ketika kamu meyakinkanku bahwa dunia ini sangat indah dengan pemikiranku. Ketika kamu meyakinkanku bahwa dunia telah digenggamanku. Ketika kamu menunjukkan duniamu padaku dari ketinggian. Ketika kamu selalu membawa namaku dalam setiap pendakian. Ketika kamu mengulurkan tanganmu menuju puncak. Ketika kamu tertawa melihatku menari diantara rerumputan dianungi langit biru. Ketika kamu menggelengkan kepala menyaksikan tingkahku. Dan ketika kamu menjadikanku sebagai tujuan hidupmu. Seolah aku adalah keindahan luar biasa yang disayangkan jika dilewatkan. Juga ketika aku mengagumi pemikiran-pemikiran indahmu. Ketika aku mencintai pemikiran kerenmu. Ketika kusadari bahwa pemikiranmu itu jauh lebih mengesankan daripada seseorang yang pernah aku temui bertahun-tahun sebelumnya. Maaf, aku sempat keliru memahamimu. Maaf, aku sempat keliru menilaimu. Ternyata pemikiranmu itu sangat sangat sangat indah.
Saat aku menulis, dalam pikiranku.. denganmulah aku sedang bersitatap. Kamulah yang sedang kuajak mengobrol bukan layar laptop. Karena sebatas bayanganku saja, akhirnya hanya mampu kutuangkan dalam bentuk tulisan. Harusnya ku tak boleh seperti ini karena ada hati yang kujaga. Tapi jika tak kutuangkan seperti ini, sewaktu-waktu akan menjadi bom yang siap meledak kapan saja. Saat seperti ini, melepaskan diriku sebebas mungkin. Bermain sesuka pikiranku. Dalam surgaku. Dalam duniaku.
Aku sudah merasa cukup hebat karena telah menaklukanmu. Bagaimana tidak hebat? Aku telah melihat tangis seorang lelaki yang terlihat kuat dan cuek di depan semua orang. Laki-laki yang pernah beberapa kali meneteskan air mata ketika menyadari sikapnya telah menyakiti perasaanku, pun setiap kali menyadari bahwa kami harus berpisah. Bagaimana tidak hebat? Akulah wanita pertama yang ia ajak masuk ke dalam dunianya. Wanita yang mampu mengubah puncak gunung sebagai tujuan menjadi diri sendirinyalah si tujuan itu. Wanita yang ia perkenalkan pada kehidupan pribadinya. Wanita yang diijinkan merapat begitu dekat dalam kehidupannya dalam kurun waktu hampir 18 bulan, wow!!! Ini sebuah rekor untuknya. Bagaimana tidak hebat? Akulah wanita yang ia undang untuk hadir dalam hari bahagianya sebagai wisudawan. Akulah wanita yang ia gandeng di depan keluarganya yang datang jauh dari pulau sebrang. Akulah wanita yang membuatnya bermimpi tentang masa depan. Bagimana tak hebat? Akulah wanita yang tulus menyyanginya. Akulah wanita yang mengagumi pemikirannya. Akulah wanita yang mencintai gayanya. Akulah wanita yang punya segudang pujian tertahan untuknya. Dan akulah, wanita yang sampai saat ini masih menghadirkan sosoknya dalam lelapku.

Terima kasih, patnerku atau tepatnya mantan kekasihku. Aku merasa hebat karena mendapatkan patner luar biasa sepertimu. Aku masih bermimpi untuk dapat mengajari anak-anakku tentang segala pelajaran hidup yang telah kamu bagi padaku. Meski akupun tahu, jika calon/suamiku nanti mengetahui ini tentu akan cemburu dan tak membiarkannya terjadi. Dan mungkin, jika mimpi itu masih terasa manis untuk kukecap bisa saja aku mewujudkannya diam-diam.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Katakan katamu (~‾ ▽‾)~