Aku
seperti kembali menemukan diriku. Atau bukan begitu yang sebenarnya kualami,
tapi aku tengah benar-benar memahami bagaimana diriku ini. Kesenangan yang luar
biasa. Memikirkan hal yang tak penting. Mengomentari hal sepele dari sudut
pandangku. Yah.. walaupun memang pandanganku ini tak sekeren mereka, sayang. Aku mah apa atuh,
kata cita citata sih gitu J
Sayang, aku merindukan suasana jalanan. Belaian angin
jalanan yang membuatku mengudara. Terpaan angin yang memacu adrenalinku tuk
menikmatinya lebih dalam. Bising lalu lalang kendaraan yang bersahutan dengan
gas dan klakson. Menghabiskan waktu dijalanan, yang orang katakan sebagai
kegiatan “mengukur jalan”.
Kemudian ketika lelah kita berhenti dan duduk2. Bukan di
tempat yang keren. Seringnya hanya pinggir jalan atau taman2 yang kita temui
sepanjang perjalanan kita. Tempat yang bersedia ditandangi secara gratis,
tempat yang memang disediakan untuk kalangan kita. Melepaskan lelah dengan
bersantai bercengkrama. Menebar tawa dan mengumbar senyum. Betapa waktu begitu
cepat berlalu untuk kita nikmati saat itu. Melumat perbekalan yang bertapa
manis di dalam tas.
Atau ketika dalam perjalanan kita, perut sudah bergejolak
meminta diisi. Tak mudah menemukan tempat makan yang seperti selera kita. Kita
harus jeli dalam memilih, salah2 nanti bisa tekor sendiri. Kan kita masih butuh duit
buat modal nikah. Hihihii.. Tempat yang tak akan dengan kejamnya menukar
selembar 50 ribuan kita dengan seporsi makanan yang bisa juga kita dapatkan di
warteg pinggir jalan untuk 3 porsi. Beda cerita kalo kita ini konglomerat. Mau
makan di resto kelas dunia pun tak ada yang membatasi
kita. Seporsi hidangan internasional bertarif ratusan ribupun tak menjadi soal
untuk kantong kita. Mau nongkrong di tempat keren pun tak mengapa untuk
dandanan kita.
Keinginanku
untuk menikmati udara jalanan sangatlah menggebu. Pun denganmu. Disaat keinginan
itu muncul, budget tipispun tak menyurutkan niat kita tuk mencumbui jalanan. Selama
24 jam kita mengudara, bak bajing loncat kesana kemari dari kota A ke kota B
dan seterusnya. Dan betapa kayanya kita yang memiliki jalanan sebagai tempat
kita melepas penat kehidupan. Betapa sombongnya kita menjadikan pelataran SPBU
sebagai ranjang tidur kita. Betapa angkuhnya kita menyulap warung tenda sebagai
foodcurt pribadi.
Dan
ketika kita bermaksud menghabiskan liburan seperti orang pada umumnya. Sekedar
berwisata atau berbelanja. Ah ya berwisata, sebelum menunaikan kegiatan pasti
jauh-jauh hari kita mepersiapkannya. Menyiapkan rincian dana agar tak besar
pasak daripada tiang sekaligus sedia payung sebelum hujan. Bukan apa-apa sih, takutnya kan dana tak menjangkau
keinginan. Jadi ya harus dipersiapkan jauh hari. Mengumpulkan uang. Aku
menyisihkan uang sakuku dan kamu menyisihkan gajimu, yaaahhh... walaupun memang
sebenarnya lebih banyak menggunakan uangmu. Mencari tempat tujuan yang
memungkinkan untuk dana kita, merencanakan pengalokasian dana kita, ah... sudah
mirip proposal saja ya. Hahahahaha... Dan akhirnya kita selalu memilih tempat
yang tiket masuknya murah dengan segudang fasilitas yang mumpuni. Atau parahnya
kita menyambangi tempat yang hanya cukup membayar parkir saja sudah bisa
menikmati berbagai fasilitas. Dan kita menghabiskan waktu dengan mengobrol sembari
memanfaatkan fasilitas yang ada. Seringnya kita mengunjungi tempat yang
berjenis taman, alam dan wisata keluarga. Bukankah tempat seperti itu sangat
merakyat?
Berbelanja??
Ah iya kita sering berbelanja berdua. Kamu seorang yang kenal dan cukup akrab
dengan barang bermerk sedangkan aku ah.. kenal saja tidak. Justru itu keseruan
kita. Aku sangat bersemangat mengenalkanmu pada gaya belanjaku. Kumulai dengan
membiasakanmu menerima hadiah dariku berupa barang murah atau KW. Seingatku,
hanya sekali aku membelikanmu kaos bermerk. Aku membelinya bukan karena ingin
menyenangknmu dengan barang merk tapi kebetulan saja sedang diskon dan kudengar
merk itu paling murah sebagai barang bermerk. Sebuah kaos putih NEV*DA. Saat
itu di Mall terkenal kota kita sedang mengadakan diskon 50% diawal tahun. Kemudian
berlanjut mengajakmu berbelanja di tempat2 yang murah meriah. Hingga akhirnya
kitapun memiliki gaya berbelanja yang menyenangkan. Memburu barang murah yang
berkualitas standar dengan gaya yang tentu sedap dipandang. Ahh.. saat itu kita
bisa menghabiskan waktu dan tenaga kita hanya untuk mencari sebuah barang
sepele. Sandal jepit misalnya. Hahahahaha…Tapi disaat seperti itulah akan
mengalir obrolan-obrolan yang terkadang diabaikan saat moment serius. Kita menciptakan suasana nyaman untuk membicarakan
berbagai hal yang kebanyakan orang berpikir untuk menunggu saat yang serius
untuk mengobrol.
Dan kita senang saat harus menggembel ria menikmati isi
kantong yang seadanya. Tak peduli ada anggapan kita ini tak berkelas. Tak
peduli ada anggapan kita ini pasangan miskin yang mencoba bergaya. Tak peduli
ada anggapan kita ini sok glamour
tingkat KW. Kita ini hanya mencoba menikmati hidup seperti mereka menurut kemampuan kita. Kita nikmat
dengan keadaan dan gaya seperti ini, siapa yang mau menyalahkan? Toh bahagia
kita yang ciptakan. Toh bahagia kita yang punya. Toh bahagia kita yang rasa.
Hahahahahaha...
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Katakan katamu (~‾ ▽‾)~