Kamis, 24 September 2015

Sepasang Kekasih Jalanan

Aku seperti kembali menemukan diriku. Atau bukan begitu yang sebenarnya kualami, tapi aku tengah benar-benar memahami bagaimana diriku ini. Kesenangan yang luar biasa. Memikirkan hal yang tak penting. Mengomentari hal sepele dari sudut pandangku. Yah.. walaupun memang pandanganku ini tak sekeren mereka, sayang. Aku mah apa atuh, kata cita citata sih gitu J
Sayang, aku merindukan suasana jalanan. Belaian angin jalanan yang membuatku mengudara. Terpaan angin yang memacu adrenalinku tuk menikmatinya lebih dalam. Bising lalu lalang kendaraan yang bersahutan dengan gas dan klakson. Menghabiskan waktu dijalanan, yang orang katakan sebagai kegiatan “mengukur jalan”.
Kemudian ketika lelah kita berhenti dan duduk2. Bukan di tempat yang keren. Seringnya hanya pinggir jalan atau taman2 yang kita temui sepanjang perjalanan kita. Tempat yang bersedia ditandangi secara gratis, tempat yang memang disediakan untuk kalangan kita. Melepaskan lelah dengan bersantai bercengkrama. Menebar tawa dan mengumbar senyum. Betapa waktu begitu cepat berlalu untuk kita nikmati saat itu. Melumat perbekalan yang bertapa manis di dalam tas.

Atau ketika dalam perjalanan kita, perut sudah bergejolak meminta diisi. Tak mudah menemukan tempat makan yang seperti selera kita. Kita harus jeli dalam memilih, salah2 nanti bisa tekor sendiri. Kan kita masih butuh duit buat modal nikah. Hihihii.. Tempat yang tak akan dengan kejamnya menukar selembar 50 ribuan kita dengan seporsi makanan yang bisa juga kita dapatkan di warteg pinggir jalan untuk 3 porsi. Beda cerita kalo kita ini konglomerat. Mau makan di resto kelas dunia pun tak ada yang membatasi kita. Seporsi hidangan internasional bertarif ratusan ribupun tak menjadi soal untuk kantong kita. Mau nongkrong di tempat keren pun tak mengapa untuk dandanan kita.
Keinginanku untuk menikmati udara jalanan sangatlah menggebu. Pun denganmu. Disaat keinginan itu muncul, budget tipispun tak menyurutkan niat kita tuk mencumbui jalanan. Selama 24 jam kita mengudara, bak bajing loncat kesana kemari dari kota A ke kota B dan seterusnya. Dan betapa kayanya kita yang memiliki jalanan sebagai tempat kita melepas penat kehidupan. Betapa sombongnya kita menjadikan pelataran SPBU sebagai ranjang tidur kita. Betapa angkuhnya kita menyulap warung tenda sebagai foodcurt pribadi.

Dan ketika kita bermaksud menghabiskan liburan seperti orang pada umumnya. Sekedar berwisata atau berbelanja. Ah ya berwisata, sebelum menunaikan kegiatan pasti jauh-jauh hari kita mepersiapkannya. Menyiapkan rincian dana agar tak besar pasak daripada tiang sekaligus sedia payung sebelum hujan. Bukan apa-apa sih, takutnya kan dana tak menjangkau keinginan. Jadi ya harus dipersiapkan jauh hari. Mengumpulkan uang. Aku menyisihkan uang sakuku dan kamu menyisihkan gajimu, yaaahhh... walaupun memang sebenarnya lebih banyak menggunakan uangmu. Mencari tempat tujuan yang memungkinkan untuk dana kita, merencanakan pengalokasian dana kita, ah... sudah mirip proposal saja ya. Hahahahaha... Dan akhirnya kita selalu memilih tempat yang tiket masuknya murah dengan segudang fasilitas yang mumpuni. Atau parahnya kita menyambangi tempat yang hanya cukup membayar parkir saja sudah bisa menikmati berbagai fasilitas. Dan kita menghabiskan waktu dengan mengobrol sembari memanfaatkan fasilitas yang ada. Seringnya kita mengunjungi tempat yang berjenis taman, alam dan wisata keluarga. Bukankah tempat seperti itu sangat merakyat?
Berbelanja?? Ah iya kita sering berbelanja berdua. Kamu seorang yang kenal dan cukup akrab dengan barang bermerk sedangkan aku ah.. kenal saja tidak. Justru itu keseruan kita. Aku sangat bersemangat mengenalkanmu pada gaya belanjaku. Kumulai dengan membiasakanmu menerima hadiah dariku berupa barang murah atau KW. Seingatku, hanya sekali aku membelikanmu kaos bermerk. Aku membelinya bukan karena ingin menyenangknmu dengan barang merk tapi kebetulan saja sedang diskon dan kudengar merk itu paling murah sebagai barang bermerk. Sebuah kaos putih NEV*DA. Saat itu di Mall terkenal kota kita sedang mengadakan diskon 50% diawal tahun. Kemudian berlanjut mengajakmu berbelanja di tempat2 yang murah meriah. Hingga akhirnya kitapun memiliki gaya berbelanja yang menyenangkan. Memburu barang murah yang berkualitas standar dengan gaya yang tentu sedap dipandang. Ahh.. saat itu kita bisa menghabiskan waktu dan tenaga kita hanya untuk mencari sebuah barang sepele. Sandal jepit misalnya. Hahahahaha…Tapi disaat seperti itulah akan mengalir obrolan-obrolan yang terkadang diabaikan saat moment serius. Kita menciptakan suasana nyaman untuk membicarakan berbagai hal yang kebanyakan orang berpikir untuk menunggu saat yang serius untuk mengobrol.
Dan kita senang saat harus menggembel ria menikmati isi kantong yang seadanya. Tak peduli ada anggapan kita ini tak berkelas. Tak peduli ada anggapan kita ini pasangan miskin yang mencoba bergaya. Tak peduli ada anggapan kita ini sok glamour tingkat KW. Kita ini hanya mencoba menikmati hidup seperti mereka menurut kemampuan kita. Kita nikmat dengan keadaan dan gaya seperti ini, siapa yang mau menyalahkan? Toh bahagia kita yang ciptakan. Toh bahagia kita yang punya. Toh bahagia kita yang rasa. Hahahahahaha...

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Katakan katamu (~‾ ▽‾)~