Selasa, 20 Oktober 2015

Skripsi

Aku mahasiswa akhir, sangat akhir. Seperti postinganku yang sebelumnya,, aku tengah duduk di hotspot area dengan mahasiswa lainnya. Didepanku duduk seorang temanku yang sudah lulus, sedangkan sampingku ada adik-adik tingkat. Kabar kuliahku sedang tidak begitu baik. Aku sudah mengajukan jurnalku dan sudah direvisi. Tadi pagi hasil revisian sudah aku setorkan. Entah sampai kapan aku menunggu, harapanku hari ini sudah bisa mendaftar. Targetku untuk minggu ini melenceng. Kalau memajukan target ke minggu depan, ada desas-desus kalau minggu depan tidak bisa mengadakan ujian karena dosen disibukkan dengan ujian PPL semester 7.

Senin, 12 Oktober 2015

My Skripsick Oh My Skripshit

Saat aku membuat tulisan ini, aku tengah duduk di area hotspot kampusku tepat jam istirahat. Tentu disini tidaklah ramai. Aku duduk semeja dengan kelima teman laki-laki. Pagi tadi aku baru sampai kota rantau dan tanpa merebahkan diri, aku langsung berangkat ke kampus. Pertama, aku pergi ke TU untuk meminta transkrip nilai namun belum bisa aku ambil, katanya nanti seusai jam istirahat. Kedua, menemui dosen pembimbing keduaku, menyerahkan bab 4-lampiran hasil revisian kemarin sekaligus menyetorkan abstrak dan jurnal. Semua sudah aku laksanakan sesuai rencana, tentu untuk bagian menunggu berjam-jam dan mondar mandir tidak perlu kuceritakan.

Jumat, 02 Oktober 2015

Yang

“Yang” itulah panggilan yang kita pakai dalam hubungan kita. Entah mengapa terasa istimewa bagiku meski sebelumnya akupun pernah menggunakan panggilan dmeikian dengan orang lain jauh sebelum kamu.
“Yang” sebuah panggilan yang tetap terasa lembut meski diliputi amarah dan keraguan. Tetap terasa manis meski diliputu kekecewaan dan kepedihan.
“Yang” sebuah penggilan yang sangat terasa memilukan ketika mengingatnya. Sebuah panggilan yang menyakitkan ketika tak lagi terucap lagi dari bibirmu.

Patner yang Pas

Andai kita ini bukan mantan pasangan kekasih, tentu kamu adalah patner ngobrol yang menyenangkan, sahabat yang mengagumkan. Tempatku berdebat dan rekan tim yang pas untuk menantang dunia dengan cara kita. Setidaknya mungkin hingga detik ini, ketika aku tengah mencumbui tuts keyboard  selayaknya piano, hanya saja aku tak memainkan nada melainkan kata. Sayangnya, itu hanya sebatas pengandaianku. Kenyataannya, kita pernah menjadi sepasang kekasih.
Kita pernah merajut benang-benang merah jambu. Kita pernah bersama bercengkerama tentang kita seolah dunia ini dalam kekuasaan kita. Ketika kamu meyakinkanku bahwa dunia ini sangat indah dengan pemikiranku. Ketika kamu meyakinkanku bahwa dunia telah digenggamanku. Ketika kamu menunjukkan duniamu padaku dari ketinggian. Ketika kamu selalu membawa namaku dalam setiap pendakian. Ketika kamu mengulurkan tanganmu menuju puncak. Ketika kamu tertawa melihatku menari diantara rerumputan dianungi langit biru. Ketika kamu menggelengkan kepala menyaksikan tingkahku. Dan ketika kamu menjadikanku sebagai tujuan hidupmu. Seolah aku adalah keindahan luar biasa yang disayangkan jika dilewatkan. Juga ketika aku mengagumi pemikiran-pemikiran indahmu. Ketika aku mencintai pemikiran kerenmu. Ketika kusadari bahwa pemikiranmu itu jauh lebih mengesankan daripada seseorang yang pernah aku temui bertahun-tahun sebelumnya. Maaf, aku sempat keliru memahamimu. Maaf, aku sempat keliru menilaimu. Ternyata pemikiranmu itu sangat sangat sangat indah.