Selasa, 07 April 2015

Natnitnole Benar Jatuh

Tanpa basa-basi lagi, kusegerakan menumpahkan isi hatiku.
Perkenalan, memanglah kita hanya dua orang anak kecil yang tengah mencari kawan bermain. Kamu mengisi waktuku yang kosong. Memenuhinya dengan ungkapan-ungkapan khasmu. Kupikir ini permainan yang menarik. Semakin hari kulihat hatimu semakin menebarkan harum asmara. Aku semakin merasa diatas awan. Permainan ini menarik bagiku. Tak tahunya aku jatuh cinta juga padamu. Mengenalmu seperti menemukan kembali cinta pertamaku yang direnggut dalam lengahku. Sejak awal hingga saat aku jatuh cinta, aku masih anak kecil. Aku yang tak mau kehilangan sesuatu atas kepemilikanku. Aku rakus mengunyah semua cinta yang kamu limpahkan padaku. Aku memuaskan impian gadis kecil tentang mimpi cinta pertama dengan happy ending. Membalaskan semua dendam dan ketidakpuasanku.

Aku terbawa dalam impian gadis kecil yang sangat menggiurkan. Menghujani hatiku dengan bunga-bunga bermekaran lengkap dengan harumnya. Bunga dengan dua jenis yang berbeda. Jika kubedakan dengan warna, maka kusebut itu putih dan merah. Kamu memberiku putih yang memaknai perasaan dengan kesejatian dan hakikat mencintai, dia memberiku merah yang memaknai perasaan dengan romantisme dan kebahagiaan mencintai. Bukankah itu dua hal yang melengkapi ? Aku menginginkan kesempurnaan dalam hatiku, yang kudapat dari kalian.
Kamu jelmaan dari cinta pertamaku. Memahami sisi lain dari diriku dengan sangat fasih. Sisi lain yang sering kuajak bercengkerama menjauh dari hiruk pikuk dunia. Sisi lain yang sebenarnya belum pernah seorangpun bisa memasukinya kecuali cinta pertamaku dulu dan kini kamu telah berhasil memasukinya. Sisi ini sangat menyukaimu. Bahkan hati ini mampu membagi ruang untuk dapat kamu diami meski akhirnya kamu tinggalkan.
Kamu memberiku dunia menurut sudut pandangmu. Mengajarkanku tentang prinsip hidup yang manusiawi dan berperasaan hakiki. Kebijaksanaanmu membuatku terpesona dalam hitungan detik. Tentang kesederhanaan. Tentang konsep kebahagiaan. Tentang “alon-alon waton kelakon”. Dan yang paling ingin kupelajari adalah sikapmu yang satu itu, meminimalisir perkataan tapi bergerak seperti turbin. Keren sekali kamu ini.
Kamu membuat diriku kembali menjadi benar-benar diriku. Mengembalikan sosokku dalam bentuk sebenar-benarnya. Diriku belum kembali sempurna. Menceritakan bagaimana makna dirimu bagiku adalah sesuatu yang tak akan pernah bisa selesai dengan tulisan, bahkan tak akan bisa selesai dengan cara apapun.
Aku aktif menulis dalam blog pribadiku ini. Menceritakan semua hal melalui tulisan. Blog yang kujadikan dunia sekaligus tempat curhat. Secara tak langsung, dalam setiap tulisanku aku menceritakan tentang diriku, bisa dibilang aku ini sangat narsis. Oh ya, kamu juga punya blog baru. Aku ingin menanggapi sesuatu.
Dalam sebuah tulisanmu, aku ingin sedikit menjelaskan. Tentang kemewahan, apakah kemewahan harta ? Jika kamu pikir dirinya memberiku kemewahan harta, kamu salah. Jika kamu pikir dirinya berstatus tinggi, kamu keliru. Kalau memang pilihanku atas dasar kemewahan dan status, jika harus memilih antara kalian maka aku memilihmu, jika harus memilih dari pilihan-pilihan lain maka aku memilih beberapa orang kaya yang mendekatiku dulu. Kenyataannya, tidak. Aku tidak memilih kamu ataupun orang kaya itu.
Dia hanya tamatan SMK, anak dari orang tua yang berprofesi sebagai buruh kasar. sedangkan dia hanya pekerja biasa dengan gaji UMR. Kemewahan harta macam apa yang bisa kudapatkan dari dia ? Jika bermain strata, keluargaku berada pada level diatas keluarganya. Aku bisa mendapatkan kemewahan cukup dari keluargaku, status yang cukup tinggi di keluargaku. Inilah pikiran picikku tentang tulisanmu. Namun jika kemewahan lain yang kamu maksud, maka bisa kujelaskan. Sikapnya yang selalu ingin berjuang dan membuatku mudah dalam menjalani hari-hariku. Sikapnya yang selalu berusaha mecegahku dalam kesusahan, menggantikan posisi susahku dengan dirinya dan mengupayakan segalanya agar aku dapat menikmati hariku. Itulah kemewahan yang dia beri. Tentu semua orang yang benar mencintai akan melakukan hal demikian untuk yang dicintai. Kamupun demikian. Hanya saja waktumu untuk melakukan hal tersebut tidaklah saat bersamaku. Karena waktu kamu bersamaku adalah saat kamu berjuang untuk hidupmu sendiri.
Kamu sempat mengagumi pemikiran dan sosokku. Mengagumi aku yang biasa. Bahkan memberiku julukan, “Bidadari Manja” lantaran aku sangat manja. Kamu membuatku merasa dipuja dengan penuh kecintaan. Aku bahagia. Diriku yang seperti ini bisa dicintai dengan begitu luar biasa, olehmu. Aku teringat mantan kekasihmu yang Lombok itu. Dia luar biasa (menurut penuturanmu) tapi cinta yang kamu beri biasa saja. Aku sangat biasa tapi cinta yang kamu beri sangat luar biasa. Aku sedikit bangga sekaligus rendah diri sebenarnya. Karena aku sesungguhnya masih kalah dengan antanmu itu lantaran kamu menyebutnya luar biasa. Tapi toh sekarang tak ada gunanya kan.
Waktu bergulir dengan cepat. Dan aku harus bertindak dengan cepat pula. Kumulai dengan hati ini. Kamu menginginkan aku menjadi dewasa bukan ? berprinsip dan konsisten. Dulu pun aku adalah sosok yang demikian, namun aku tergelincir karena kebodohanku. Membawaku menjadi sosok yang menjijikkan seperti ini. Bena, aku tak bisa terlalu lama seperti ini. Kedewasaan harus segera aku jemput.
Kupikir masak-masak. Kedewasaan macam apa yang akan kuterapkan. Pilihan macam apa yang kn kuambil. Awalnya kuputuskan untuk sendiri, menenangkan hati ini dan enguraikan semuanya satu persatu. Hingga suatu saat aku berpikir lebih keras, berbicara dengan hati kecilku. Debat yang panjang membawaku pada keputuskan untuk memilih dia yang kamu katakan mewah dan berstatus. Dia yang sejak awal kupilih untuk bersamaku kelak.  Awal yang kumaksud adalah waktu yang jauh sebelum aku mengenalmu. Sekarang, aku sudah memilih. Entah nanti takdir jodoh seperti apa yang Tuhan gariskan padaku.
Aku tak berharap doa yang indah kan terlontar darimu untuk mantan kekasihmu yang menjijikkan ini. Mantan kekasihmu yang jahat dan tak perberasaan. Kamu sudah ikhlas melepaskanku saja, aku sudah lega meski tetap saja sakit di ulu. Akupu tak mau munafik dengan berdoa dan berharap kamu mendapatkan yang terbaik, aku tak sanggup berlaku demikian. Aku hanya berharap, kamu mencintai seseorang sebagai manusia biasa, bukan layaknya bidadari sempurna meski kamu katakan mencintai orang dengan apa adanya dan menganggapnya sempurna. Aku hanya berharap, kamu tak akan menemukan Bidadari Manja, Bidadari Penyelamat ataupun Bidadari Kesunyian lagi. Aku ingin kamu menemukan manusia biasa.
Terbanglah bebas, jejaka labil.. Tetaplah terjaga pada logikamu, Roci.. Agar kamu tak lagi lengah dan tersandung oleh kerikil bernama Marc. Agar kamu tak lagi menghirup harum memabukkan Natnitnole.
Terima kasih untuk waktu yang begitu banyak kamu limpahi dengan cinta. Maaf untuk semua tetesan air matamu yang tertahan perih.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Katakan katamu (~‾ ▽‾)~