Tanpa basa-basi
lagi, kusegerakan menumpahkan isi hatiku.
Perkenalan,
memanglah kita hanya dua orang anak kecil yang tengah mencari kawan bermain.
Kamu mengisi waktuku yang kosong. Memenuhinya dengan ungkapan-ungkapan khasmu.
Kupikir ini permainan yang menarik. Semakin hari kulihat hatimu semakin
menebarkan harum asmara. Aku semakin merasa diatas awan. Permainan ini menarik
bagiku. Tak tahunya aku jatuh cinta juga padamu. Mengenalmu seperti menemukan
kembali cinta pertamaku yang direnggut dalam lengahku. Sejak awal hingga saat
aku jatuh cinta, aku masih anak kecil. Aku yang tak mau kehilangan sesuatu atas
kepemilikanku. Aku rakus mengunyah semua cinta yang kamu limpahkan padaku. Aku
memuaskan impian gadis kecil tentang mimpi cinta pertama dengan happy ending. Membalaskan semua dendam
dan ketidakpuasanku.
Aku terbawa
dalam impian gadis kecil yang sangat menggiurkan. Menghujani hatiku dengan
bunga-bunga bermekaran lengkap dengan harumnya. Bunga dengan dua jenis yang
berbeda. Jika kubedakan dengan warna, maka kusebut itu putih dan merah. Kamu
memberiku putih yang memaknai perasaan dengan kesejatian dan hakikat mencintai,
dia memberiku merah yang memaknai perasaan dengan romantisme dan kebahagiaan
mencintai. Bukankah itu dua hal yang melengkapi ? Aku menginginkan kesempurnaan
dalam hatiku, yang kudapat dari kalian.
Kamu jelmaan
dari cinta pertamaku. Memahami sisi lain dari diriku dengan sangat fasih. Sisi
lain yang sering kuajak bercengkerama menjauh dari hiruk pikuk dunia. Sisi lain
yang sebenarnya belum pernah seorangpun bisa memasukinya kecuali cinta
pertamaku dulu dan kini kamu telah berhasil memasukinya. Sisi ini sangat
menyukaimu. Bahkan hati ini mampu membagi ruang untuk dapat kamu diami meski
akhirnya kamu tinggalkan.
Kamu memberiku
dunia menurut sudut pandangmu. Mengajarkanku tentang prinsip hidup yang
manusiawi dan berperasaan hakiki. Kebijaksanaanmu membuatku terpesona dalam
hitungan detik. Tentang kesederhanaan. Tentang konsep kebahagiaan. Tentang
“alon-alon waton kelakon”. Dan yang paling ingin kupelajari adalah sikapmu yang
satu itu, meminimalisir perkataan tapi bergerak seperti turbin. Keren sekali
kamu ini.
Kamu membuat
diriku kembali menjadi benar-benar diriku. Mengembalikan sosokku dalam bentuk
sebenar-benarnya. Diriku belum kembali sempurna. Menceritakan bagaimana makna
dirimu bagiku adalah sesuatu yang tak akan pernah bisa selesai dengan tulisan,
bahkan tak akan bisa selesai dengan cara apapun.
Aku aktif
menulis dalam blog pribadiku ini. Menceritakan semua hal melalui tulisan. Blog
yang kujadikan dunia sekaligus tempat curhat. Secara tak langsung, dalam setiap
tulisanku aku menceritakan tentang diriku, bisa dibilang aku ini sangat narsis.
Oh ya, kamu juga punya blog baru. Aku ingin menanggapi sesuatu.
Dalam sebuah
tulisanmu, aku ingin sedikit menjelaskan. Tentang kemewahan, apakah kemewahan
harta ? Jika kamu pikir dirinya memberiku kemewahan harta, kamu salah. Jika
kamu pikir dirinya berstatus tinggi, kamu keliru. Kalau memang pilihanku atas
dasar kemewahan dan status, jika harus memilih antara kalian maka aku
memilihmu, jika harus memilih dari pilihan-pilihan lain maka aku memilih
beberapa orang kaya yang mendekatiku dulu. Kenyataannya, tidak. Aku tidak
memilih kamu ataupun orang kaya itu.
Dia hanya
tamatan SMK, anak dari orang tua yang berprofesi sebagai buruh kasar. sedangkan
dia hanya pekerja biasa dengan gaji UMR. Kemewahan harta macam apa yang bisa
kudapatkan dari dia ? Jika bermain strata, keluargaku berada pada level diatas
keluarganya. Aku bisa mendapatkan kemewahan cukup dari keluargaku, status yang
cukup tinggi di keluargaku. Inilah pikiran picikku tentang tulisanmu. Namun
jika kemewahan lain yang kamu maksud, maka bisa kujelaskan. Sikapnya yang
selalu ingin berjuang dan membuatku mudah dalam menjalani hari-hariku. Sikapnya
yang selalu berusaha mecegahku dalam kesusahan, menggantikan posisi susahku dengan
dirinya dan mengupayakan segalanya agar aku dapat menikmati hariku. Itulah
kemewahan yang dia beri. Tentu semua orang yang benar mencintai akan melakukan
hal demikian untuk yang dicintai. Kamupun demikian. Hanya saja waktumu untuk
melakukan hal tersebut tidaklah saat bersamaku. Karena waktu kamu bersamaku
adalah saat kamu berjuang untuk hidupmu sendiri.
Kamu sempat
mengagumi pemikiran dan sosokku. Mengagumi aku yang biasa. Bahkan memberiku
julukan, “Bidadari Manja” lantaran aku sangat manja. Kamu membuatku merasa
dipuja dengan penuh kecintaan. Aku bahagia. Diriku yang seperti ini bisa
dicintai dengan begitu luar biasa, olehmu. Aku teringat mantan kekasihmu yang
Lombok itu. Dia luar biasa (menurut penuturanmu) tapi cinta yang kamu beri
biasa saja. Aku sangat biasa tapi cinta yang kamu beri sangat luar biasa. Aku
sedikit bangga sekaligus rendah diri sebenarnya. Karena aku sesungguhnya masih
kalah dengan antanmu itu lantaran kamu menyebutnya luar biasa. Tapi toh
sekarang tak ada gunanya kan.
Waktu bergulir
dengan cepat. Dan aku harus bertindak dengan cepat pula. Kumulai dengan hati
ini. Kamu menginginkan aku menjadi dewasa bukan ? berprinsip dan konsisten.
Dulu pun aku adalah sosok yang demikian, namun aku tergelincir karena
kebodohanku. Membawaku menjadi sosok yang menjijikkan seperti ini. Bena, aku
tak bisa terlalu lama seperti ini. Kedewasaan harus segera aku jemput.
Kupikir
masak-masak. Kedewasaan macam apa yang akan kuterapkan. Pilihan macam apa yang
kn kuambil. Awalnya kuputuskan untuk sendiri, menenangkan hati ini dan
enguraikan semuanya satu persatu. Hingga suatu saat aku berpikir lebih keras,
berbicara dengan hati kecilku. Debat yang panjang membawaku pada keputuskan
untuk memilih dia yang kamu katakan mewah dan berstatus. Dia yang sejak awal kupilih untuk bersamaku
kelak. Awal yang kumaksud adalah waktu yang jauh sebelum aku mengenalmu.
Sekarang, aku sudah memilih. Entah nanti takdir jodoh seperti apa yang Tuhan
gariskan padaku.
Aku tak berharap
doa yang indah kan terlontar darimu untuk mantan kekasihmu yang menjijikkan
ini. Mantan kekasihmu yang jahat dan tak perberasaan. Kamu sudah ikhlas
melepaskanku saja, aku sudah lega meski tetap saja sakit di ulu. Akupu tak mau
munafik dengan berdoa dan berharap kamu mendapatkan yang terbaik, aku tak sanggup
berlaku demikian. Aku hanya berharap, kamu mencintai seseorang sebagai manusia
biasa, bukan layaknya bidadari sempurna meski kamu katakan mencintai orang
dengan apa adanya dan menganggapnya sempurna. Aku hanya berharap, kamu tak akan
menemukan Bidadari Manja, Bidadari Penyelamat ataupun Bidadari Kesunyian lagi. Aku ingin kamu
menemukan manusia biasa.
Terbanglah
bebas, jejaka labil.. Tetaplah terjaga pada logikamu, Roci.. Agar kamu tak lagi
lengah dan tersandung oleh kerikil bernama Marc. Agar kamu tak lagi menghirup
harum memabukkan Natnitnole.
Terima kasih
untuk waktu yang begitu banyak kamu limpahi dengan cinta. Maaf untuk semua
tetesan air matamu yang tertahan perih.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Katakan katamu (~‾ ▽‾)~