Disalah satu sudut dalam ruang penuh
buku ini, kini aku duduk berhadapan dengan perangkat elektronik. Tak hanya ada
aku disini. Selain buku, ada pustakawan dan beberapa teman yang tengah sibuk
tenggelam dalam buku.
Kuketukkan jariku pada keyboard. Kata
demi kata berbaris urut menyesuaikan ritme buku yang tengah aku pahami agar sinkron dengan pola
pikirku. Berusaha berjalan perlahan memahami skripsi. Dimulai dari
proposal skripsi. Aku tengah membuat ending yang pas untuk bab 1. Ternyata ini jauh lebih sulit
dibandingkan memahami caramu menyayangiku.
Setiap teman
yang datang selalu menanyakan, “Kamu udah sampai bab berapa ?” atau ketika
mereka bertanya, “Kamu udah sempro ?” Kupikir itu pertanyaan yang mampu membuat
ku terpacu untuk segera menjemput nasib skripsiku. Ternyata aku dengan
cueknya
menjawab dengan senyuman. Pikiranku sama sekali tidak terkontainasi dengan
hal-hal seperti itu. Pikiranku tentang skripsi tetap sama.
Saat ini juga
pikiranku berlari melesat kearahmu. Kuhentikan laju jariku. Kututup buku yang
kupegang. Kusandarkan punggungku pada kursi. Berusaha mengalihkan pikiran
tentangmu pada tumpukan koran di rak depanku. Ah, ini koran-koran lama. Tertera
waktu penerbitan beberapa hari lalu. Merasa kalah, akhirnya kubiarkan pikiran
ini berbuat semaunya.
Aku berusaha
bersemangat mengerjakan tugas akhirku sebagai mahasiswa senior. Berusaha
bersemangat dengan mengingat caramu menyemangati dan menggugah gairah
kepercayaan diri yang sebenarnya terlalu ciut dalam diriku. Ah, aku tak bisa.
Aku berusaha bersemangat menjalani tugas ini dengan cara mengingat semuanya
yang telah memberiku semangat, namun tetap aku tak bisa. Lalu aku mengingat
ekspresi-ekspresi melecehkan yang sering aku terima dari orang lain, berusaha
mengingatnya sebagai bentuk motivasiku untuk lebih baik lagi. Tetap tak bisa.
Aku kehilangan semangatku. Kuputuskan untuk menggarap tugas ini dengan
perlahan. Dengan semangat yang masih sedikit tersisa. Meyakinkan diri bahwa
semua akan baik-baik saja. Percaya bahwa ini akan berakhir tanpa ada yang
merasa kecewa.
Kuletakkan
pikiran tentang skripsi. Kupenuhi pikiranku dengan sosokmu. Sosok yang telah
menghilang seiring waktu yang berbisik mengajakmu terbang jauh. Hingga tanganku
tak mungkin dapat menjangkau lagi.
Kado ulang tahun
darimu sangat indah dan berkesan. Menyelipkan jarum yang melesap langsung ke
dasar hati. Kata demi kata terserap sempurna. Bahkan kamu menuliskan perasaanmu
dalam sebuah blog yang baru kamu buat di bulan maret, bulan ketika kita
berpisah. Saat ini, aku mencoba membuka blog-mu tapi sepertinya kamu mem-protect blog kamu. Hanya senyum yang
bisa kulakukan. Sebelumnya, aku sudah membaca semua tulisan yang kamu posting
di blog. Semuanya tanpa terlewatkan sedikitpun.
Kita pernah
sepakat, tanggal 10 april aku akan kesana. Bahkan ditulisan yang kukirim
sebagai balasan kadomu itupun aku juga mengatakan hal yang sama. Aku ingin kamu
mendengar jawaban dan tanggapanku tentang semuanya. Sejak hari aku memembuka
kadomu dan menelanjangi tulisan blog-mu dan sampai tiba di hari ini, ketika tulisan
ini kuketik, aku sudah memikirkan semuanya matang-matang dengan sebuah
keyakinan. Sudilah kiranya kamu mencerna tulisanku berikutnya..
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Katakan katamu (~‾ ▽‾)~