Kamis, 30 Juli 2015

Selembar Cinta Emperan

Mematut diri pada sebentuk air yang menggenang
Lengkap dengan jentik dan kotoran
Tak apa, masih terlihat pantulan senyummu
Tak apa, masih kentara paras indahmu

Tanganku gatal ingin mengusap keningmu
Menyapu pipimu dengan bibirku
Menghujanimu dengan pujian
Dan mencumbumu dengan rayuan

Bukan memanjakanmu dengan tas mahal
Yang biasa dipajang pada etalase toko
Bukan memanjakanmu dengan perhiasan
Yang biasa diukur dengan karatan

Cintaku ini hanya tergelar  di emperan
Dengan selembar koran alas kita berbincang
Cintaku ini hanya tergelar di emperan
Dengan lalu lalang keramaian

Tapi kita pasangan yang tak kalah romantis
Dengan pasangan lainnya
Coba pikirkan, kurang romantis apalagi kita ini ?
Dibanding mereka

Sedang mereka makan ditemani cahaya lilin aromaterapi dan live musik
Kita makan diterangi lampu jalanan dan bising kendaraan
Sedang mereka menyantap menu andalan chef
Kita menyantap sebungkus nasi kucing andalan angkringan

Sedang mereka duduk nyaman diatas kursi dalam mobil
Kita nyaman melangkahkan kaki diatas jalanan
Sedang mereka asyik berpergian berwisata keliling dunia
Kita asyik berkeliling mengais sisa rejeki orang-orang

Sedang mereka sibuk melontarkan cinta pada dunia
Kita sibuk mengabarkan alam tentang cinta
Sedang mereka gencar mengumpukan pundi kemapanan
Kita giat mengumpulkan pundi kebahagiaan

Kekasih, tak apakah dirimu dengan cinta versiku ?
Yang hanya mampu kusajikan dibawah naungan atap toko
Diatas selembar koran atau kardus bekas
Yang kadang ditemani musik dari perut lapar kita

Kekasih, cintaku ini sederhana
Sesederhana nasi dan sambel bandeng yang nikmat
Sesederhana dendang perut keroncongan
Sesederhana aku menikmati kehidupanku

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Katakan katamu (~‾ ▽‾)~