Kamis, 30 Juli 2015

Rasa Seribu Perak

Aku wanita
Selamanya wanita
Hobinya dicinta
Hobinya dimanja

Kekasihku, terima kasih
Setiap waktu memandangiku penuh cinta
Sepanjang hari memperlakukanku bak ratu sejagad
Aku wanita terbahagia

Di emperan toko tengah kota
Kita menggelar kardus seadanya
Bercengkerama terbahak dalam hening malam
Ketika si pemilik menutup kerai toko

Saat itu perut kita berdendang kelaparan
Kamu rogoh saku celanamu
Hanya lima ribu perak
Tapi perut harus dikenyangkan

Sebungkus nasi kucing, teh hangat dan gorengan
Dibungkus kertas minyak
Sekepal nasi, secuil bandeng dan sejumput sambel
Namanya juga nasi kucing, porsi kucing

Sebungkus nasi kucing, teh hangat dan gorengan
Teh hangat yang tawar dan bening
Sudah seperti air putih yang keruh
Hanya sebungkus

Sebungkus nasi kucing, teh hangat dan gorengan
Dua biji gorengan, bakwan dan mendoan
Gorengan yang sangat basah dengan minyak
Namanya juga gorengan limaratusan

Tapi tetaplah terasa nikmat bagi perut lapar kita
Apalagi makan langsung dari tanganmu
Sembari mengomentari isi kehidupan ala sok tahu
Sebungkus berdua pun terbabat sekejap

Kita ini pasangan yang nyentrik
Berbeda dan aku bangga
Kamu tahu, kekasih ?
Kita ini jauh lebih kaya dibanding mereka.

Mereka memiliki banyak rumah, pun kita
Dunia yang luas ini adalah rumah kita
Mereka memiliki banyak uang, pun kita
Kekayaan kita tersebar ke seluruh umat manusia

Kekasih, tak perlu risaukan tetek bengek dunia
Cintaku ini menerima
Bukankah cinta itu memang selalu menerima
Penerimaan yang indah

Bahkan jika hanya ada seribu perak di sakumu
Atau tak seperakpun kamu miliki
Aku kan memberimu sejuta penerimaan indah
Bukankah itu jauh lebih kaya seperti yang aku katakan?

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Katakan katamu (~‾ ▽‾)~