Tak
seperti biasanya, aku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membaca surat
darimu. Mataku dengan nakal menghujani wajahku dengan air dan memperburuk
penglihatanku. Kupikir mataku teralu lelah untuk menguras sumber airnya karena
sejak kemarin malam menangis hingga roda-roda bus berputar cepat membawaku
kembali ke kotaku. Salah, sampai saat jemariku menari diatas keyboard masih
saja deraian air jatuh diatas tempat tidurku.
Sampai akhirnya ada
private number yang menelponku. Kamu.
MHA. Satu jam
mendengarkan suaramu. Cepat sekali waktu habis. Dan sempat-sempatnya lagi aku menangis. Uh, betapa cengengnya aku. Ah ya, sebelum matamu membaca deretan kata dariku sebaiknya kukatakan terlebih dahulu bahwa ini akan menjadi tulisan yang panjang, maka dari itu siapkanlah waktu dan tempat yang baik agar yang kusampaikan akan benar-benar terserap dengan sempurna oleh hati indahmu itu.
mendengarkan suaramu. Cepat sekali waktu habis. Dan sempat-sempatnya lagi aku menangis. Uh, betapa cengengnya aku. Ah ya, sebelum matamu membaca deretan kata dariku sebaiknya kukatakan terlebih dahulu bahwa ini akan menjadi tulisan yang panjang, maka dari itu siapkanlah waktu dan tempat yang baik agar yang kusampaikan akan benar-benar terserap dengan sempurna oleh hati indahmu itu.
Semua selesai tepat diujung minggu pertama pada bulan
kedua belas kita bersama. Ditempat yang indah dan suasana yang syahdu. Bukan..
bukan syahdu.. Mungkin lebih tepatnya adalah haru. Paralayang. Duduk berdua
diatas ketinggian memandang lampu perkotaan. Aku hanya ingin menceritakan
sepenggal kisah kita, beberapa bagian kebersamaan kita dan sekilas sosokmu yang
tergurat dihidupku.
Entah bagaimana aku dapat mendeskripsikan sikapmu yang
begitu kukagumi, begitu kudambakan selama ini. Sosok yang begitu kuimpikan
untuk dapat kusanding. Sosok yang begitu meluluhkanku. Menghancurkan tiap
keping batu yang selama ini kubangun kokoh. Menghanguskan segala pikiran
licikku tentang hidupku sendiri. Banyak hal yang ingin kupelajari dari dirimu,
dirimu adalah lebih dari semua buku yang pernah kubaca, dirimu adalah lebih
dari semua kata yang bisa kutulis,
dirimu adalah duniaku yang belum bisa kumiliki.
Ijinkan aku menuliskan semua perasaanku tentangmu dan
kisah ini dengan acak. Karena aku benar-benar tidak tahu harus memulai darimana
dan berakhir dimana. Dengan kesungguhan hatiku, ijinkanlah sekali lagi aku
meminta agar kamu bersabat mencerna kata-kataku.
Banyak kata yang ingin kusampaikan pada menit-menit
terakhir kebersamaan kita. Dijalan menuju terminal aku bertanya padamu, “Yang,
kalo aku bilang aku sayang kamu.. Kamu percaya ?” dan kamu memberiku sebuah
jawaban, “Percaya..” Jawaban yang sangat melegakan hatiku. Ingin kusambung
percakapan itu dengan kalimat, “Aku kangen banget sama kamu..” tapi hanya
kutahan dalam hati, membiarkan rinduku dilukiskan melalui air mata. Ingin pula
aku memelukmu erat sangat erat hingga mungkin kamu hampir kehabisan nafas juga
menggenggam tanganmu terlalu erat hingga mungkin meninggalkan bekas kemerahan
pun menciummu yang lama terlalu lama hingga mungkin menjadi ciuman paling
memabukkan. Tidak mungkin kulakukan, selain hanya menahan tangis dan terdiam
lalu berpamitan dengan mencium tanganmu.
Kunikmati saat memelukmu diatas laju motor yang membawa
kita menerobos jalan kota malang. Tubuh kurus yang selama ini berusaha
menghangatkanku dengan kesederhanaannya. Kunikmati ciumanmu dengan teramat
dalam di lubuk hatiku membawaku merasuk kedalam hatimu. Juga kecupan-kecupan
hangat yang mendarat di wajahku. Kunikmati setiap kata rayuanmmu sepanjang
kemampuan telingaku menangkap. Rayuan yang dengan polosnya langsung menerjang
menyeruak isi hatiku. Kamu melakukan semua itu dengan indah, sangat indah
lengkap dengan hati yang kamu miliki.
Mengajariku banyak hal tentang bagaimana seharusnya
memandang hidup yang sebenarnya sangat indah jika mampu mensyukuri. Ya,
kesederhanaanmu itu yang menghipnotisku hingga akhirnya aku terjebak oleh
perasaan nano nano seperti ini. Bahkan sekarang lebih hebat terasa dalam
hatiku. Aku tahu akhir seperti ini akan terjadi tapi perasaan nano nano ini
mengulurnya agar bisa lebih lama menikmati hatimu. Indah sangat indah.
Menyenangkan terlalu menyenangkan. Bahagia sungguh bahagia. Oh indahnya hariku
karenamu. Aku masih belum puas melahap nano nano dan harus menunda menikmatinya
sampai nanti Tuhan ikut campur dalam urusan nano nano hamba-Nya.
“Tuhan telah mempertemukanku dengan pangeran yang sangat
kuimpikan. Bayangan tentang sosok pendamping yang seketika muncul semenjak aku
memahami atas yang pernah terjadi padaku di masa silam. Hanya saja Tuhan sedang
menempatkanku pada peran antagonis hingga dengan kedua tanganku dengan tega menempatkan
pangeranku pada situasi yang keliru. Menikam tepat di ulu hatinya. Membuat
sebuah ruang hampa yang dulunya pernah terisi oleh iblis yang menjelma menjadi
bidadari. Membiarkan pangeranku diliputi kesendirian yang mungkin sesekali
ditemani oleh bayangku. Oh Tuhan, sesungguhnya tak ada hari yang kulewati
dengan berat saat bersamanya. Oh Tuhan, sesungguhnya tak ada luka yang
benar-benar tertoreh olehnya saat masih bersama. Oh Tuhan, sesungguhnya aku
sangat bahagia mendapati diri ini begitu istimewa untuknya. Oh Tuhan,
sesungguhnya kulakukan pada akhirnya hanya melukai diriku sendiri. Oh Tuhan,
bantu pangeranku untuk bahagia. Bahagia yang menurutmu pantas untuk seorang
pangeran yang Kau ciptakan dengan hati indah serta sikap yang lembut. Akupun
turut menerima semua pilihan-Mu untuknya, berusaha mengiringi doa tulus dari
nano nano yang kumiliki untuknya. Tuhan, jaga dia juga hatinya. Ini hanya
sekelumit pinta dari seorang pesakitan untuk sang pangeran. Terimakasih,
Tuhan.. Karena Engkau telah menciptakan makhluk yang indah. Karena telah
mengijinkanku merasakan nano nano yang dia miliki meski hanya bak seberkas
cahaya, sangat sebentar. Terima kasih pula karena kamu sudah menyayangiku
dengan begitu hebatnya, pangeranku..”
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Katakan katamu (~‾ ▽‾)~