Jumat, 13 Maret 2015

Rumah Pohon

Sayang, bolehkah aku mengisahkan roman klasik ? Hanya saja ini sedikit klise. Apa yang kamu pikirkan tentang rumah pohon ? Rumah kayu diantara cabang pohong ? Bukankah itu bagus ? Rumah pohon adalah salah satu mimpiku. Tempat yang membuatku merasa nyaman diterpa hembusan angin. Menimangku dengan kenyamanan yang berbeda. Selalu ku bermimpi hidup selamanya disana. Tapi kau tahu ? Itu menyalahi normalitas. Dan sebenarnya aku tak peduli. Aku ingin menghabiskan waktuku dengan kenyamanan yang berbeda. Dimana aku dapat berdiri di balkon menatap dunia dengan sudut yang jauh lebih luas. Dinaungi rimbun dedaunan dan
dimanjakan kicauan alam. Sejuk, itulah yang kurasakan.
Sama halnya ketika kehadiranmu dalam jengkal waktuku. Meniupkan hembus kesejukan dalam rinai hariku. Menghujani lamunanku dengan mimpi pelangi. Mengisi penuh pikiranku tentang hebatnya kesederhanaanmu.  Menaungi kepenatanku dengan senyum dan ketenangan. Menarik tanganku tinggi-tinggi meraih langit bergumpal. Seolah berusaha mengajakku terbang mengitari dunia. Membawa sekeranjang penuh berisi asmara tak tertahankan. Mengisi ulang dengan siksaan rindu yang meminta dipuaskan. Rumah yang selalu membuatku ingin kembali menikmati romansa beningnya rasa. Rumah yang selalu membuatku meletakkan kehidupanku. Kemudian menyerahkan sepenuhnya untuk kamu hiasi. Mempercayakan semua impianku untuk kamu jamah.

Ah sayang, lagi-lagi kamu dapat menebak. Iya, aku sedang menceritakanmu. Ah.. aku menemukan rumah pohonku. Tempatku bersemayam dari penat yang mengendap.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Katakan katamu (~‾ ▽‾)~