Tak
seperti biasanya, aku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membaca surat
darimu. Mataku dengan nakal menghujani wajahku dengan air dan memperburuk
penglihatanku. Kupikir mataku teralu lelah untuk menguras sumber airnya karena
sejak kemarin malam menangis hingga roda-roda bus berputar cepat membawaku
kembali ke kotaku. Salah, sampai saat jemariku menari diatas keyboard masih
saja deraian air jatuh diatas tempat tidurku.
Sampai akhirnya ada
private number yang menelponku. Kamu.
MHA. Satu jam
Sebuah nama yang beberapa waktu terakhir ini telah menyita inspirasiku. Tentang sebuah nama bunga yang jatuh berserakan di taman Hatna Hatnareb. Bunga yang kelopaknya hancur terinjak puluhan pasang kaki, uniknya semakin hancur ia maka makin semerbak harumnya. Seperti halnya kenangan, semakin dibunuh makan semakin hiduplah ia. (Menyadur dari "Jatuh dari Cinta"-Benny Arnas)
Jumat, 13 Maret 2015
Hari Ini Aku Terbangun
Hari
ini aku terbangun pada jam yang sama seperti kemarin. Ketika aku merengek ingin
melihat mentari membuka matanya. Hanya saja kali ini aku terdiam tanpa
rengekan. Hanya saja kali ini tidak ada yang ingin aku lihat. Mungkin
keinginanku telah terkikis melebur terbawa embun.
Hari
ini aku terbangun pada jam yang sama seperti kemarin. Ketika kita menunggu
sunrise ditengah dingin embun pegunungan.
Hanya saja kali ini tanpa baju hangat yang kamu lekatkan erat padaku.
Hanya saja kali ini tanpa sapa lembutmu. Mungkin pikiranku tengah
Rumah Pohon
Sayang, bolehkah aku
mengisahkan roman klasik ? Hanya saja ini sedikit klise. Apa yang kamu pikirkan
tentang rumah pohon ? Rumah kayu diantara cabang pohong ? Bukankah itu bagus ?
Rumah pohon adalah salah satu mimpiku. Tempat yang membuatku merasa nyaman diterpa
hembusan angin. Menimangku dengan kenyamanan yang berbeda. Selalu ku bermimpi
hidup selamanya disana. Tapi kau tahu ? Itu menyalahi normalitas. Dan
sebenarnya aku tak peduli. Aku ingin menghabiskan waktuku dengan kenyamanan
yang berbeda. Dimana aku dapat berdiri di balkon menatap dunia dengan sudut
yang jauh lebih luas. Dinaungi rimbun dedaunan dan
Tuan Nano dan Nona Nano
Hai tuan, lihatlah aku !
Si nona kecil yang tengah mempelajari dunia
Nona yang pernah tuan kenal pada yang silam
Iya, aku sengaja menengokmu sebentar
Hai tuan, ijinkan aku sejenak duduk merapat
padamu.
Aku sekedar ingin
mencumbu ingatanmu dengan keindahan.
Tentang hari-hari
yang tuan langkahi hingga dapat duduk bersanding denganku sekarang
Tentang nano-nano
yang tuan miliki hingga kini dapat bersua dengan memori usang
Langganan:
Postingan
(
Atom
)