Sabtu, 01 Agustus 2015

Masa Paling "Indah"

Kawan, ingatkah kalian dengan serial TV “Anak Ajaib” yang dibintangi Joshua? Atau Trio Kwek Kwek yang booming lewat lagu-lagunya? Ingatkah kalian uang Rp 25 sudah bisa kita tukarkan dengan dua jenis jajanan yang jika diukur pada jaman sekarang setara dengan dua buah gorengan? Jika kalian ingat dan mengalaminya berarti kita seumuran. Entah dimana benang merah antara pembuka tulisan dengan tujuanku menulis, aku tak tahu, aku selalu terjebak pada situasi seperti itu. Sulit menemukan benang merah, jadi kutulis asal-asalan saja. Seadanya isi pikiranku.
Aku ingin menulis tentang memoriku yang hilang semasa sekolah dulu. Khususnya SMP­-SMA. Masa yang orang katakan masa paling indah. Masa remaja paling mengesankan. Masa ketika ketertarikan dengan lawan jenis mulai tumbuh. Masa ketika pertemanan mulai terpupuk maknanya. Masa ketika jendela terbuka lebar tuk melihat dunia. Masa pencarian paling seru. Masa ketika geng-geng mulai terbentuk. Masa ketika kelompok mayor dan minor memiliki batas jelas. Masa ketika popularitas berkilauan. Masa ketika diri ingin menunjukkan kehebatan2 remaja. Ah.. Dan yang paling sering diceritakan tentang masa itu di masa depan adalah kisah cinta dan persahabatan.

Aku tak sependapat. Masa terindahku adalah SD dan Kuliah. Sangat indah. Hingga jika ditanya tentang masa selain dua masa itu, aku seperti mendadak terkena penyakit pikun. Aku lupa. Benar-benar lupa.
Masa ketika cinta pertama hadir dalam hati gadis kelas 2 SD. Menulis surat yang dilipat dalam amplop resmi yang biasa digunakan untuk membungkus surat ijin. Agar surat itu harum seharum perasaan merah jambu, sehingga sejumput bunga melati ikut dalam amplop. Lucunya, tangan kecil gadis 7 tahun masih belum fasih menulis, masih belum genap menuliskan nama dengan benar. Bermain selepas pulang sekolah, bak Si Bolang menelusuri sungai dan sawah. Hingga mentari terbenam dan isak tangis anak-anak yang dijewer telinganya. Bermain sesuai musim yang tengah menerpa. Angin sore yang semilir memancing layang-layang berkejaran mengebut hingga benang-benang menarik ulur dan menggilas. Tak peduli perempuan atau laki-laki, semua satu dalam permainan. Tak peduli permainan laki-laki atau perempuan, semua satu dalam kegembiraan. Kompak bersama melebur menjadi satu, tak ada kelompok-kelompok. Semua satu.
Masa ketika masa depan mulai dirintis. Masa ketika kedewasaan mulai gencar diteriakkan. Masa ketika keseriusan wajib disertakan. Menginjak dunia baru pada pertengahan usia 17 tahun. Membentuk diri sedemikian rupa diawali pada semester pertama. Mengenali banyak sisi lain dunia. Proses yang bertahap dan menyenangkan. Tak menekan dan tak perlu dirisaukan. Berpindah dari kelompok ke individu, bukan ke kelompok lain. Hingga akhirnya menemukan individu-individu yang memiliki misi sama. Berjuang bersama menaklukan studi. Membentuk keluarga di tempat baru. Bukan seperti menjalankan pertemanan tapi rumah tangga. Hahaha... Dan kisah kasih yang mulai rumit. Tentang konsistensi. Tentang pilihan. Tentang keyakinan. Tentang perasaan. Menjelajah dunia menemukan berbagai macam rasa dalam individu berbeda. Menyaring dan memfilter poin-poin yang diperlukan. Hingga akhirnya konsisten melabuhkan hati dengan keyakinan. Pengorbanan. Perjuangan. Penantian. Kesabaran. Dan komitmen. Semuanya telah membentuk pola pikirku. Membentuk kepribadianku. Membentuk diriku.

Masa SD dan kuliah adalah masa yang sangat berkesan. Aku mampu mentas dari sempit pikiranku. Aku mampu menemukan diriku dalam bentuk utuh dan membanggakan. Masa kuliah ini aku seperti menemukan diriku saat SD. Benar-benar diriku yang penuh kebanggaan dan optimisme. Bukan ketika SMP dan SMA. Ketika aku hanya diam meski dihempas dan diinjak. Ketika aku hanya diam meski diabaikan dan tak dianggap ada. 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Katakan katamu (~‾ ▽‾)~