Kawan,
ingatkah kalian dengan serial TV “Anak Ajaib” yang dibintangi Joshua? Atau Trio
Kwek Kwek yang booming lewat
lagu-lagunya? Ingatkah kalian uang Rp 25 sudah bisa kita tukarkan dengan dua
jenis jajanan yang jika diukur pada jaman sekarang setara dengan dua buah
gorengan? Jika kalian ingat dan mengalaminya berarti kita seumuran. Entah
dimana benang merah antara pembuka tulisan dengan tujuanku menulis, aku tak tahu, aku selalu terjebak
pada situasi seperti itu. Sulit menemukan benang merah, jadi kutulis
asal-asalan saja. Seadanya isi pikiranku.
Aku
ingin menulis tentang memoriku yang hilang semasa sekolah dulu. Khususnya SMP-SMA.
Masa yang orang katakan masa paling indah. Masa remaja paling mengesankan. Masa ketika ketertarikan
dengan lawan jenis mulai tumbuh. Masa ketika pertemanan mulai terpupuk
maknanya. Masa ketika jendela terbuka lebar tuk melihat dunia. Masa pencarian
paling seru. Masa ketika geng-geng mulai terbentuk. Masa ketika kelompok mayor
dan minor memiliki batas jelas. Masa ketika popularitas berkilauan. Masa ketika
diri ingin menunjukkan kehebatan2 remaja. Ah.. Dan yang paling sering
diceritakan tentang masa itu di masa depan adalah kisah cinta dan persahabatan.
Aku tak sependapat. Masa terindahku adalah SD dan Kuliah.
Sangat indah. Hingga jika ditanya tentang masa selain dua masa itu, aku seperti
mendadak terkena penyakit pikun. Aku lupa. Benar-benar lupa.
Masa ketika cinta pertama hadir dalam hati gadis kelas 2
SD. Menulis surat yang dilipat dalam amplop resmi yang biasa digunakan untuk
membungkus surat ijin. Agar surat itu harum seharum perasaan merah jambu, sehingga
sejumput bunga melati ikut dalam amplop. Lucunya, tangan kecil gadis 7 tahun
masih belum fasih menulis, masih belum genap menuliskan nama dengan benar. Bermain
selepas pulang sekolah, bak Si Bolang menelusuri sungai dan sawah. Hingga
mentari terbenam dan isak tangis anak-anak yang dijewer telinganya. Bermain
sesuai musim yang tengah menerpa. Angin sore yang semilir memancing layang-layang
berkejaran mengebut hingga benang-benang menarik ulur dan menggilas. Tak peduli
perempuan atau laki-laki, semua satu dalam permainan. Tak peduli permainan
laki-laki atau perempuan, semua satu dalam kegembiraan. Kompak bersama melebur
menjadi satu, tak ada kelompok-kelompok. Semua satu.
Masa ketika masa depan mulai dirintis. Masa ketika
kedewasaan mulai gencar diteriakkan. Masa ketika keseriusan wajib disertakan.
Menginjak dunia baru pada pertengahan usia 17 tahun. Membentuk diri sedemikian
rupa diawali pada semester pertama. Mengenali banyak sisi lain dunia. Proses
yang bertahap dan menyenangkan. Tak menekan dan tak perlu dirisaukan. Berpindah
dari kelompok ke individu, bukan ke kelompok lain. Hingga akhirnya menemukan
individu-individu yang memiliki misi sama. Berjuang bersama menaklukan studi.
Membentuk keluarga di tempat baru. Bukan seperti menjalankan pertemanan tapi
rumah tangga. Hahaha... Dan kisah kasih yang mulai rumit. Tentang konsistensi.
Tentang pilihan. Tentang keyakinan. Tentang perasaan. Menjelajah dunia menemukan
berbagai macam rasa dalam individu berbeda. Menyaring dan memfilter poin-poin
yang diperlukan. Hingga akhirnya konsisten melabuhkan hati dengan keyakinan.
Pengorbanan. Perjuangan. Penantian. Kesabaran. Dan komitmen. Semuanya telah
membentuk pola pikirku. Membentuk kepribadianku. Membentuk diriku.
Masa SD dan kuliah adalah masa yang sangat berkesan. Aku
mampu mentas dari sempit pikiranku. Aku mampu menemukan diriku dalam bentuk
utuh dan membanggakan. Masa kuliah ini aku seperti menemukan diriku saat SD. Benar-benar
diriku yang penuh kebanggaan dan optimisme. Bukan ketika SMP dan SMA. Ketika
aku hanya diam meski dihempas dan diinjak. Ketika aku hanya diam meski
diabaikan dan tak dianggap ada.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Katakan katamu (~‾ ▽‾)~