Ini
adalah malam pertamaku kembali menikmati suasananya. Pertama kali setelah sekian
lama aku berlaku layaknya individu normal. Di lantai dua sebuah rumah kost, aku
berdiri di balkon ditampar angin dingin dan diteriaki deru kereta api. Langit
tak begitu cerah, tampaknya. Tapi sungguh ini jauh lebih indah dibanding langit
indah seperti “katanya”. Ketika mendung menyelimuti rata, cantik dengan
kemerlap beberapa bintang yang bersinar redup. Entah, saat kutatap langit ada
sebagian hatiku yang merasa pilu. Mungkin ini tentangmu, cerita yang berakhir
dengan lambaian tangan.
Kamu adalah dongengku sebelum tidur. Mengantarkan mimpi
untuk bersemayam dalam lelapku. Yang saat itu kamu berjanji bahwa mimpi tentu
akan menjaga nyenyak lelapku. Karena katamu, mimpi adalah sahabat karibmu sejak
mengenalku. Kamu adalah cerita yang mengawali pagiku. Kamulah sapaan pertama
ketika kelopak ini terbuka menyambut anugerah Tuhan. Kamu adalah cerita yang
selalu kutunggu episode selanjutnya. Cerita yang otomatis tergores diatas
kertas setiap detiknya. Kamu adalah deretan kata yang bermunculan di otakku.
Kamu adalah rangkaian slide yang silih berganti. Kamu adalah satu roll film yang terus berputar dalam
kepalaku.