Senin, 02 November 2015

Namamu

Ini adalah malam pertamaku kembali menikmati suasananya. Pertama kali setelah sekian lama aku berlaku layaknya individu normal. Di lantai dua sebuah rumah kost, aku berdiri di balkon ditampar angin dingin dan diteriaki deru kereta api. Langit tak begitu cerah, tampaknya. Tapi sungguh ini jauh lebih indah dibanding langit indah seperti “katanya”. Ketika mendung menyelimuti rata, cantik dengan kemerlap beberapa bintang yang bersinar redup. Entah, saat kutatap langit ada sebagian hatiku yang merasa pilu. Mungkin ini tentangmu, cerita yang berakhir dengan lambaian tangan.
Kamu adalah dongengku sebelum tidur. Mengantarkan mimpi untuk bersemayam dalam lelapku. Yang saat itu kamu berjanji bahwa mimpi tentu akan menjaga nyenyak lelapku. Karena katamu, mimpi adalah sahabat karibmu sejak mengenalku. Kamu adalah cerita yang mengawali pagiku. Kamulah sapaan pertama ketika kelopak ini terbuka menyambut anugerah Tuhan. Kamu adalah cerita yang selalu kutunggu episode selanjutnya. Cerita yang otomatis tergores diatas kertas setiap detiknya. Kamu adalah deretan kata yang bermunculan di otakku. Kamu adalah rangkaian slide yang silih berganti. Kamu adalah satu roll film yang terus berputar dalam kepalaku.